BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT





Beritasatu, Jakarta - Salah satu peserta konvensi Partai Demokrat (PD), Anies Baswedan memiliki kemampuan politik tertinggi dibanding tokoh yang sudah didominasikan 61 pakar/opinion leader.

Dalam laporan hasil survei/riset opinion leadermencari lawan politik Jokowi 16-27 Desember 2013 Laboratorium Forensik Universitas Indonesia (UI), Anies mendapatkan skor 7,26 di atas Tri Rismaharini (7,25), dan Basuki Tjahaja Purnama (7,24).

Laporan hasil survei opinion leader mencari lawan politik Labolatorium Forensik UI menyaring 12 nama, masing-masing Ahmad Heryawan, Abraham samad, Anies Baswedan, Basuki TP, Chairul Tanjung, Eko Prasojo, Emirsyah Satar, Ignatius Jonan, M Chatib Basari, Tri Mumpuni dan Tri Rismaharini.

Ketua Laboratorium Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk, menuturkan, kemampuan politik Anies mendapat tertinggi, khususnya kemampuan dalam memenangkan negosiasi dalam tarik menarik di antara berbagai kepentingan.

"Termasuk kemampuan menggalang dukungan masa dan berpotensi dapatkan dukungan publik," kata Hamdi dalam launching hasil riset "Mencari Lawan Tanding Jokowi", Minggu (29/12).

Selain memiliki kemampuan politik tertinggi, Anies juga mendapat nilai tertinggi dalam dimensi yang diuji lainnya seperti dimensi stabilitas politik (7,14) dan dimensi penampilan (7,63).

Riset opinion leader mencari lawan politik Jokowi UI, dimaksudkan untuk seleksi calon pemimpin nasional berdasarkan kualitas dan kapabilitas calon pemimpin.

"Untuk itu, kami mengabaikan faktor popularitas dan elektabilitas. Bahkan mengabaikan apakah calon tersebut bersedia atau tidak," ucap Hamdi.

Metodologi dalam riset adalah Delphi Methods, yang merupakan metode penataan proses komunikasi kelompok. Delphi methods merupakan salah satu dari beberapa metode peramalan atau perkiraan.

Riset dilakukan dalam dua tahap. Pertama, focus Group Discussion (FGD) dan kedua berupa survei opinion leader.

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Kisah Anies Baswedan Keliling 3.000 KM di Pulau Jawa

 





PEKALONGAN, KOMPAS.com – Selama enam hari, Calon Presiden Konvensi Demokrat Anies Baswedan berkeliling Pulau Jawa, menempuh 3.000 kilometer perjalanan darat. Perjalanan Anies dimulai sejak Jumat pagi (20/12/2013) sampai Rabu (25/12/2013) siang. Perjalanan ini hingga mencapai Bangkalan, Madura dan kembali lagi ke Ibu Kota. Ini merupakan bagian upaya mensosoalisaisikan diri terkait keikutsertaannya pada Konvensi Demokrat.

Sepanjang perjalanannya, Anies bertemu dengan tokoh lintas partai dan bahkan kalangan santri yang selama ini menjadi basis massa Nahdlatul Ulama (NU). Berikut, cuplikan perjalanan enam hari Anies Baswedan yang disebutnya “3.000 kilometer Nyalakan Harapan” itu.

Bandung dan Tasikmalaya
Pada hari pertama. Anies bertemu dengan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, tokoh nonparpol yang akhirnya maju didukung Partai Keadilan Sejahtera. Di sana, Anies mendapatkan respon positif dari Ridwan Kamil yang mendukungnya maju dalam konvensi capres Partai Demokrat.

Anies melanjutkan perjalanan ke Pesantren Cipasung, Tasikmalaya yang sebelumnya dipimpin almarhum KH. Saefullmillah. Di sana, Anies memang kurang dikenal lantaran pesantren itu menjadi basis suara NU yang selama ini pecah ke Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Persatuan Pembangunan. Tiba pada malam hari, Anies disambut puluhan santri dan pengurus ponpes.

Tidak ada poster atau baliho selamat datang yang kerap dibentangkan setiap kali pejabat atau pun tokoh partai politik hadir ke sebuah pesantren. Yang terjadi justru sebaliknya, warga sekitar bingung dengan kehadiran Anies yang datang dengan dua buah bus besar warna merah dengan atribut dan foto besar dirinya.

“Ini Anies Baswedan yang suka di TV? Ngapain dia ke sini?” tanya Asep kepada para peliput yang hadir. Asep hanya mengetahui Anies sebagai seorang tokoh di dunia pendidikan. Menurut Asep, pesantren Cipasung selama ini mendukung tokoh PKB dan belakangan pecah ke PPP. Dia pun mengakui keberanian Anies mendekati basis massa NU.

Yogyakarta
Tujuan selanjutnya adalah Yogyakarta. Anies menyempatkan diri berkunjung ke Pantai Pandansimo, Bantul. Tempat ini sebelumnya dikenal sebagai lahan tandus dan kerap dijadikan lokasi syuting padang pasir. Namun, sejak 11 tahun lalu, pesisir pantai ini tumbuh subur berbagai jenis tanaman. Petani di wilayah ini berhasil membudidayakan lahan pertanian di atas tanah berpasir.

Datang saat hujan lebat mengguyur pesisir pantai ini, hal ini tak menyurutkan niat Anies untuk berdialog dengan para petani. Dengan menggunakan jas hujan dan payung, Anies melihat lahan pertanian yang bisa subur di atas tanah pasir. Anies menilai kesuksesan petani Pandansimo adalah sebuah pesan bagi bangsa Indonesia.

“Tidak ada kesulitan yang tak bisa ditaklukan. Cerita petani di Pandansimo menjadi pesan bagi bangsa Indonesia untuk tak mudah menyerah pada kesulitan,” ucap Anies.

Cerita soal kesuksesan petani Pandansimo ini pun disampaikannya saat bertemu dengan relawan di Angkringan Lek No, dekat Stasiun Tugu, Yogyakarta pada malam harinya. Usai bertemu relawan, Anies menyempatkan diri bertemu dengan salah satu tokoh lokal, mantan Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto yang sebelumnya diusung Partai Amanat Nasional. Di dalam pertemuan itu, Herry menyatakan dukungannya terhadap Anies.

“Saya menyampaikan harapan kepada Anies untuk menjadi presiden. Saya juga berharap agar ia dapat menggalang anak muda untuk ikut turun tangan menyelesaikan masalah,” kata Herry yang kini beralih profesi menjadi Ketua RW di rumahnya ini. Herry bahkan meminta Anies untuk mengusung jargon baru yakni “Yang Muda yang Turun Tangan”.

Blitar dan Kediri

Anies kembali melanjutkan perjalanan malam hari ke kota Blitar dan Kediri, Jawa Timur. Tiba di Blitar, Anies bersama istri dan keempat anaknya melakukan ziarah ke makam Bung Karno. Uniknya, tak lama sebelum kedatangan Anies, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra
Prabowo Subianto yang dijagokan menjadi capres Partai Gerindra baru saja selesai berziarah di lokasi yang sama.

Kedatangan Anies ke makam Bung Karno pun disambut dengan bendera-bendera Partai Gerindra yang masih berkibar di sekeliling komplek makam itu. Tak aneh jika banyak warga yang  menyangka, Anies merupakan anggota rombongan Prabowo Subianto. Bahkan ada yang
menyangka bahwa Anies adalah artis.

Anies tak terlalu banyak berdialog dengan warga. Dia bersama keluarga langsung mendekati makam Bung Karno dan berdoa. Usai berziarah, Anies bercerita bahwa kakeknya, AR Baswedan adalah kerabat dari Bung Karno pada masa perjuangan kemerdekaan dulu.

AR Baswedan adalah tokoh nasional keuturunan Arab yang berhasil menyelundupkan naskah dukungan Mesir atas kemerdekaan Indonesia masuk Tanah Air. Naskah itu yang kemudian menjadi pertanda dunia internasional mendukung kemerdekaan Indonesia.

Anies pun mengaku ingin menjadi seperti Bung Karno. “Bung Karno tidak pernah meminta apa pun dari negeri ini. Tapi dia hibahkan semuanya untuk bangsa Indonesia. Dia adalah pemimpin yang berhasil membuat semua orang turun tangan untuk merebut kemerdekaan,” ucap Anies.

Sementara di Kediri, Anies bertemu dengan pimpinan pondok pesantren Lirboyo. Di sana, lagi-lagi Anies tak sengaja bertemu dengan kandidat capres dari Partai Keadilan Sejahtera, Anis Matta. Di sana, Anies bertemu dengan pimpinan ponpes Lirboyo, KH. Idris Marzuki.

Jombang

Kegiatan ziarah Anies Baswedan kemudian berlanjut ke kota Jombang, Jawa Timur. Di sana, Anies berziarah ke makam Presiden kempat RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berada di dalam kompleks pondok pesantren Tebu Ireng pada tengah malam.

Anies rencananya bertemu dengan pengasuh pondok pesantren Tebu Ireng yang juga adik Gus Dur, Sholahuddin Wahid (Gus Sholah). Namun, Gus Sholah sudah terlanjur istirahat karena sudah larut malam. Akhirnya, Anies pun menumpang bermalam di rumah Gus Sholah.

Pagi harinya, kedatangan Anies di pondok pesantren itu disambut oleh puluhan guru di dalam sebuah aula pertemuan. Dialog antara Anies dan para guru pun terjadi di sana. Uniknya, Anies di sana berorasi politik dengan menggunakan sarung. Hal ini pun menjadi candaan dari moderator
diskusi.

Di dalam diskusi itu, muncul banyak kekecewaan atas pilihan Anies terjun ke dunia politik melalui Partai Demokrat yang saat ini terpuruk akibat banyaknya kasus korupsi. Menjawab keraguan itu, Anies pun menjawab, “Saya suka heran kenapa orang tidak bermasalah, orang bersih dipermasalah masuk ke politik? Sementara mereka-mereka yang bermasalah, dibiarkan masuk politik? Kalau seperti ini terus, Indonesia tidak akan berubah karena selalu dipimpin orang bermasalah.”

Usai dialog, Gus Sholah pun menjawab soal kemungkinannya mendukung Anies. Gus Sholah  memang tidak menyebut pasti akan mendukung Anies. Tetapi, dia menyandingkan sosok Anies dan Mahfud MD. Anies, sebutnya, unggul di bidang pendidikan dan sosial, sementara Mahfud MD unggul di bidang penegakan hukum.

“Dua-duanya punya keunggulan masing-masing,” puji Gus Sholah yang pada September lalu sudah menyatakan dukungannya terhadap Mahfud MD ini.

Bangkalan dan Surabaya

Selanjutnya, Anies menyeberang ke Pulau Madura, tepatnya di Bangkalan. Di sana, Anies bertemu dengan para mahasiswa di Universitas Trunojoyo Madura. Usai berdialog dengan mahasiswa, Anies menyempatkan diri berziarah ke makam Syaihona Holil, kyai di Bangkalan. Anies juga menyempatkan diri bertemu dengan kerabat Kyai Holil.

Setengah hari Anies berada di Bangkalan, perjalanan pun kemudian berlanjut dengan  menyeberangi Jembatan Suramadu menuju Surabaya. Tiba di Taman Bungkul, Surabaya, Anies bertemu dengan puluhan relawan. Di sana, Anies mensosialisasikan soal gerakan Turun Tangan dan meminta mereka untuk tidak tunduk kepada politik uang.

“Anda punya harga diri, saya punya harga diri. Maka kalau Anda pilih orang baik, datanglah kepadanya, bantulah, tapi jangan mau Anda dibayar dengan rupiah. Jangan kecilkan diri kita ini dengan rupiah,” kata Anies.

Anies kemudian melepaskan lampion bersama sekitar 100 warga Surabaya yang tengah menikmati malam di Taman Bungkul. “Kami hadir untuk memberi optimisme dan harapan di seluruh penjuru Indonesia, Lampion ini adalah lambang harapan itu masih ada dan kita bisa
melampaui harapan itu. Pelepasan ini adalah simbol lepaskan harapan setinggi-tingginya untuk kemajuan negeri ini,“ kata Anies.

Rembang dan Semarang
Anies kemudian melanjutkan perjalanan ke Rembang, Jawa Tengah. Di Rembang, Anies bertemu dengan Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan, KH. Maimoen Zubair. Anies hanya berbincang santai dengan ulama Rembang itu dan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju rumah pengasuh pondok pesantren Roudlatut Thalibin, Mustofa Bisri (Gus Mus). Gus Mus selain dikenal sebagai pemuka agama, dia juga kerap mengkritik kondisi sosial dan politik tanah Air dengan syair dan lukisan.

Di sini Anies didaulat Gus Mus untuk membaca sebuah puisi berjudul “Negeri Sulapan”. Puisi itu bercerita tentang sebuah negeri kaya dan makmur tetapi penduduknya miskin. Di sini pula, Gus Mus bercerita kepada wartawan soal masalah korupsi yang menggerogoti bangsa.

Dia menyebut korupsi adalah peninggalan Orde Baru yang membuat masyarakat terlalu cinta akan materi. Dia berpendapat, Indonesia memerlukan pemimpin muda yang tegas dan berani untuk menyelesaikan masalah bangsa. Anies, sebutnya, adalah salah satu perwakilan dari tokoh muda. “Kalau yang tua, sudah loyo semua,” seloroh Gus Mus.

Setelah bertemu dengan tokoh-tokoh Islam di Rembang, Anies kemudian bertolak ke Semarang. Di sana, Anies kembali bertemu dengan para relawan yang sebagian besar adalah anak muda. Setelah berdialog selama satu jam.

Pekalongan

Pekalongan adalah kota terakhir yang dikunjungi Anies sebelum akhirnya kembali ke Jakarta. Di sana, Anies bertemu dengan Wali Kota Pekalongan, Basyir Ahmad, yang merupakan kader Partai Golkar. Di dalam jamuan makan malam di rumah dinas Basyir, Anies memuji Basyir sebagai salah satu kepala daerah bagus yang jarang disorot kamera.

Di tengah kesibukannya menjadi wali kota, Basyir masih membuka praktik sebagai dokter di malam hari usai menjalankan tugas. Oleh karena itu, pertemuan Anies dengan Basyir pun baru bisa dilakukan pada pukul 21.00 WIB. Basyir pun memuji Anies sebagai capres potensial yang bersih dan menyatakan dukungannya untuk Anies.

Setelah bertemu Basyir, Anies kemudian bertemu dengan komunitas Goedang Djadoel. Anies bertemu dengan para orang tua yang kebanyakan adalah pengusaha batik yang membuat kelompok kajian budaya dan sosial. Pertanyaan seputar alasan Anies masuk ke dunia politik melalui Partai Demokrat pun kembali mengemuka. Anies kembali menjelaskan alasan yang sama soal pola pemikiran masyarakat yang kini justru membiarkan orang bermasalah masuk partai.

“Kalau saya mau populer, saya bisa saja tidak ikut konvensi dan menolaknya. Tapi ini panggilan tanggung jawab saya untuk bangsa ini, kalau saya menolak berarti saya tidak mau turun tangan. Akhirnya, saya memilih turun tangan dan berbuat sesuatu untuk bangsa ini,” kata Anies.

****

Setelah menempuh 3.000 kilometer perjalanan darat berkeliling Pulau Jawa, Anies akhirnya kembali  pulang ke Jakarta. Sekembalinya ke Ibu Kota, Anies mengaku sangat terkesan dengan  perjalanannya kali ini. Hanya bermodalkan dua buah bus, tanpa sekali pun menginap di hotel, Anies merasakan realitas yang ada di tengah masyarakat.

“Saya rasa saya akan pakai moda transportasi sederhana ke depan. Semakin sederhana, saya akan semakin merasakan realitas yang ada di masyarakat,” tutur Anies. Selanjutnya, Anies berencana melakukan perjalanan lewat laut dan darat ke Indonesia bagian Timur. 

 

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Gita Wirjawan Bingung Hasil Survei Capres

 




TEMPO.CO , Denpasar: Gita Wirjawan, satu dari para kandidat dalam bursa calon presiden Partai Demokrat, mengaku sering bingung melihat hasil survey calon presiden. Hasil berbagai survey memperlihatkan banyak kandidat yang muncul dengan beragam angka dukungan.

"Saya kadang-kadang bingung, dengan banyak versi survei," kata Gita Wirjawan mengenai keyakinanya masuk dalam 5 besar daftar bursa calon Presiden Partai Demokrat. Menteri Perdagangan di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 ini mengukuhkan Dewan Pimpinan Daerah Barisan Indonesia (Barindo) Bali.

Gita mengklaim mampu masuk lima besar berdasarkan hasil survei tim internalnya. "Sangat menjanjiikan, tentunya progres dalam 1,5 bulan ini, twitter dan FB cukup mencerminkan pandangan masyarakat terhadap saya," katanya.

Ia menampik, menjadikan Barindo sebagai "mesin politik" dalam pemenangannya. Gita mengatakan Barindo lebih banyak melakukan aktifitas sosial seperti pendidikan dan kesehatan.  "Sama sekali tidak, saya tekankan, kepemimpinan Barindo di daerah harus kental sekali dengan aktifitas sosial. Karena itu yang bisa menjamin partisipasi masyarakat dari warna apapun," kata dia. 

 

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT


 “Perang Itu Mengadu Kebersihan Hati"





“Perang Itu Mengadu Kebersihan Hati, orang yang ikut perang untuk naik pangkat, dia akan kena sendiri” – Pramono Edhie Wibowo.

Di video interviu singkat ini, mas Edhie bercerita tentang pelajaran yang didapatnya dari berperang di hutan. Menurut mas Edhie, orang yang jadi ‘jegger’ di kota, biasanya cuma jadi kucing di hutan. Tetapi para prajurit yang rendah hati, bersikap santun saat dinas di kota, ternyata adalah orang-orang hebat ketika di medan perang.

Di masa-masa awal karir militernya di Kopassus, Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo tujuh kali bertugas di Timor-Timur (kini Timor Leste). Medan perang, di mana kita mempertaruhkan nyawa, memberi banyak pelajaran; tentang kebersihan hati, ambisi, keberanian dan juga kepengecutan. Simak videonya.

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Pramono Yakin Menang Konvensi Capres Demokrat

 





Liputan6.com, Jambi : Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo menyatakan yakin akan memenangkan konvensi calon presiden yang digelar parpolnya. Pramono akan bertarung dengan 10 tokoh lainnya sesama peserta konvensi.

"Saya ikut konvensi karena optimistis menang," tegas Pramono Edhie dalam kunjungannya ke Jambi.

Adik ipar Presiden SBY itu menjelaskan, konvensi Partai Demokrat dibagi dalam 2 tahap. Yakni pada September hingga Desember 2013, serta Januari hingga April 2014.

Pada tahap pertama, kata dia, Komite Konvensi sebagai penyelenggara meminta seluruh peserta memperkenalkan diri dan menyosialisasikan visi, misi, dan program ke seluruh daerah di Indonesia.

"Sejak konvensi dimulai pada September, saya sudah berkunjung ke 30 provinsi dari 34 provinsi di Indonesia," ungkap Pramono.

Kemudian, pada akhir tahap pertama dan kedua dilakukan survei oleh 3 lembaga survei.

Jubir Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang mendampingi Pramono mengatakan, partainya melakukan survei untuk mengetahui tingkat popularitas dan elektabilitas masing-masing peserta konvensi calon presiden. Hasil survei tersebut akan direkomendasikan oleh Komite Konvensi kepada Majelis Tinggi dan Dewan Pembina Partai Demokrat.

"Nantinya keputusan akhir pemenang konvensi akan diputuskan dalam musyawarah di Majelis Tinggi dan Dewan Pembina Partai Demokrat," terang Ruhut. (Ant/Mut/Sss)

 

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Apa yang Disukai Anak Muda dari Gita Wirjawan

 





TEMPO.CO, Jakarta - Tim sukses Gita Wirjawan yang juga Ketua Partai Demokrat Kastorius Sinaga menilai Gita Wirjawan disukai anak muda karena komunikatif. Selain itu, Gita aktif mengunggah kegiatannya di layanan microblogging tersebut.

"Tak heran Gita disukai kalangan anak muda," kata Kasto saat dihubungi, Ahad, 22 Desember 2013. Dia mencontohkan saat Gita menghadiri suatu acara di kampus. Selain mengunggah acaranya, Gita juga rajin membalas mention pengikutnya di Twitter. "Tidak ada cara lain," kata dia.

Dia mengatakan, tim kampanye Gita sangat serius menggarap media sosial. Dia beralasan, sebagai tokoh yang disukai anak muda, Gita harus mengikuti perbincangan yang sedang menjadi tren di sana. Selain mengunggah acara saat sidak dan forum internasional, Gita juga mengunggah kegiatan yang identik dengan anak muda. "Misalnya saat konser Slank beberapa waktu lalu," kata dia.

Dia mengatakan, tak ada tim khusus yang dibentuk untuk menggarap pencitraan Gita di media sosial. Namun dia mengaku mengkoordinasi sejumlah sukarelawan yang aktif di media sosial. Dia membantah Gita menyewa buzzer untuk meningkatkan citra positif di jejaring sosial. "Tidak ada bayar-membayar," ujar dia.

Kasto mengatakan, sukarelawan ini rajin berkumpul untuk me-review bagaimana tanggapan publik atas kegiatan Gita. Apakah, misalnya, kegiatan yang diunggah Gita menuai atensi positif atau justru memperoleh imbas negatif. Dia mengklaim Gita lebih banyak mendapatkan sentimen positif. 

Menurut dia, perkembangan Gita di Twitter sangat pesat. Sejak dibuat enam bulan lalu, jumlah pengikut Gita sudah mencapai angka 200 ribu. Jumlah penggemar di Facebook juga sudah mencapai angka 3 juta. Kasto mengatakan akan terus mempertahankan citra Gita sebagai tokoh yang cerdas dan dekat dengan anak muda.

 

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Anies: Soal Korupsi, Siapa Saja Tangkap!

 

JOMBANG, KOMPAS.com - Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Anies Baswedan menegaskan, jika menjadi presiden, ia akan meminta penegak hukum menghukum seberat-beratnya para pelaku korupsi. Walau keluarga presiden sekali pun. Hal ini disampaikannya saat berdialog dengan puluhan guru di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, Senin (23/12/2013).

"Untuk pertanyaan yang katanya saya berani tidak tindak itu, saya jawab, siapa saja tangkap. Kalau saya jadi presiden, akan saya intervensi. Saya paksa jaksa, polisi, dan hakim untuk adil memberikan hukuman maksimal," ujar Anies.

Anies menjawab kritik sejumlah guru di Pondok Pesanren Tebu Ireng tentang pencalonannya. Mereka menyayangkan Anies maju dari Partai Demokrat yang kini terpuruk akibat kasus korupsi. Seorang guru pun bertanya jika Anies maju sebagai calon presiden dari Demokrat, apakah berani mengusut dugaan keterlibatan lingkaran Cikeas. Seperti diketahui, nama Ibas sempat disebut dalam kasus korupsi SKK Migas dan sempat disebut menerima uang dari Grup Permai. Ibas membantah semua tuduhan itu.

Anies menjelaskan, dalam mendorong proses penegakan hukum, dia tidak akan melihat latar belakang seseorang untuk mendorong upaya penegakkan hukum. Menurutnya, pimpinan negara tidak boleh berpangku tangan menunggu proses hukum berjalan.

"Pemimpin tidak bisa netral menungu proses hukum. Harus intervensi, tapi bukan dalam kasus perkasus. Ini sudah darurat korupsi!" kata Rektor Universitas Paramadina itu.

Dia menjelaskan, kasus korupsi terus menjamur karena tidak adanya pemimpin yang mendobrak dengan sejumlah terobosan.
"Sekarang butuh muadzin (pelantun adzan) yang baru, bersih, dan mungkin tak terduga. Jadi saya ikut konvensi sekaligus ingin mendobrak yang selama ini tidak bisa dilakukan calon dari partai," katanya.
 

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Anies Baswedan: Banyak yang Sayangkan Saya Masuk Politik

 





JAKARTA, KOMPAS.com — Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menyadari kekecewaan yang dirasakan orang dekat dan masyarakat luas atas keputusannya maju sebagai peserta Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat.

Anies menyatakan, ada orang yang kecewa dirinya turun ke dunia politik yang terkenal kotor dan korup. "Saya tahu, saya sadari, banyak yang sayangkan keputusan saya ini. Ada yang bilang, 'Mas, Anda bersih, kenapa masuk politik?' Pertanyaan saya, jadi yang bersih ini enggak boleh masuk politik?" kata Anies di sela-sela perjalanan kampanye 3.000 km keliling Pulau Jawa.

Begitu pula dengan pilihannya masuk menjadi capres dari Partai Demokrat. Wartawan menanyakan alasan Anies mau masuk ke partai yang kini tidak populer akibat banyaknya kasus korupsi yang menjerat elite Demokrat. Anies pun menjawab dengan kembali bertanya, "Saya tanya ke Anda, adakah partai politik di Indonesia ini yang bersih? Jawabnya tidak ada."

Untuk menjawab masalah ini, Anies mengaku sengaja mencatat jumlah kader partai politik yang tersangkut kasus di Komisi Pemberantasan Korupsi. Hasilnya, sebanyak 20 kasus mendera kader Partai Golkar, 15 kasus menimpa kader Partai Demokrat, dan 11 kasus menjerat kader PDI Perjuangan.

"Kalau dilihat, faktanya semua parpol bergelimangan kasus korupsi, demikian juga dengan pemerintah. Kalau kita tetap membiarkan yang masuk ke sistem ini orang-orang tidak bersih, akan seperti ini terus. Tapi saya memutuskan untuk mengubahnya," ucap Anies.

Alasan lainnya, Anies memilih maju dari Partai Demokrat karena partai itu yang satu-satunya membuka jalur terbuka bagi siapa pun untuk maju sebagai calon presiden. Cara ini, kata Anies, adalah cara terbaik dalam memilih pemimpin.

Jika terpilih sebagai presiden, Anies berjanji akan mengubah Partai Demokrat dari praktik korup. Dia juga akan mengalokasikan anggaran khusus untuk partai politik sehingga partai politik bisa diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

"Dulu itu, kalau tidak ada undangan konvensi, saya tidak mungkin bimbang dan tak harus bertanggung jawab. Tapi kalau saya lari, maka saya tidak mau berperan untuk mengubah, akhirnya saya putuskan ikut," tutur inisiator gerakan Indonesia Mengajar ini. 

 

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Safari Kampanye Capres, Anies Baswedan Tempuh 3.000 Kilometer

 





JAKARTA, KOMPAS.com - Peserta Konvensi Calon  Presiden Partai Demokrat, Anies Baswedan memulai kampanyenya keliling Pulau Jawa, Jumat (20/12/2013) siang ini. Dalam safari kampanyenya, Anies menempuh 3.000 kilometer dengan menggunakan bus selama lima hari.

Anies mengatakan, kampanyenya merupakan sebuah gerakan turun tangan untuk menumbuhkan harapan para pemuda Indonesia. Oleh karena itu, kampanyenya mengusung tema "3.000 km Nyalakan Harapan".

Pada hari pertama, Anies beserta rombongan relawan "Turun Tangan" berkunjung ke Bandung dan Tasikmalaya, Jawa Barat. Perjalanan dimulai sejak pukul 06.00 WIB dengan menggunakan bus yang sudah ditempeli stiker atribut kampanye Anies.

Di Bandung, Anies bertemu dengan puluhan relawannya di Gedung Indonesia Menggugat. Setelah itu, Anies akan melanjutkan kunjungannya ke Universitas Islam Bandung (Unisba) dan memberikan kuliah umum. Perjalanan Anies hari pertama akan diakihir dengan Pesantren Cipasung, Tasikmalaya.

Rencananya, Anies juga akan berkunjung ke Imogiri, Yogyakarta, Ponorogo, Blitar, Jombang, Bangkalan, dan Rembang. Ia tidak hanya akan berkunjung ke kalangan kampus tetapi juga santri, hingga berkunjung ke sejumlah tempat bersejarah termasuk melakukan ziarah makam.

Menurut Anies, dalam kampanyenya, ia berusaha mengubah pola pikir anak muda saat ini yang cenderung skeptis terhadap politik. Padahal, lanjut Anies, anak muda menjadi penentu kebijakan di masa mendatang.

"Saya akan mengajak kembali menuju kegemilangan, mengajak ke depan. Yang sekarang dibutuhkan adalah orang berintegritas, perlu keterlibatan kita semua untuk tidak diam," ujarnya. 

 

CERITA DARI DAERAH PEMILIHAN #JATENG8

 Sungai Serayu






Bagi masyarakat Banyumas sungai Serayu memiliki makna yang sangat penting. Kata "serayu" konon berasal dari kata "soroh" (menyerahkan) dan "hayu" (hidup), yang berarti totalitas penyerahan hidup manusia Banyumas terhadap alam semesta. Ini merupakan wujud pemahaman kosmologi masyarakat tradisional di wilayah ini, bahwa kehidupan manusia di dunia menjadi bagian tak terpisahkan dari alam semesta. Alam memiliki kekuatan yang teramat dahsyat, yang mampu memberikan pengaruh apapun terhadap kehidupan manusia, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, dalam usaha menjaga kontinuitas kehidupan dunia, manusia wajib secara total menyerahkan diri sebagai bagian integral perjalanan alam semesta.
Pada masa penyebaran agama Hindu, sungai Serayu digambagkan sebagai analogi dari sungai Gangga di India. Di wilayah Banyumas terdapat legenda bahwa sungai Serayu dibuat oleh Bima hanya dengan menggunakan kemaluannya. Sumber mata air sungai ini di pegunungan Diang bernama Tuk Bima Lukar. Menurut legenda yang berkembang, pembuatan sungai Serayu dilakukan merupakan acara lomba dengan para Korawa yang berjumlah 100 orang, dipimpin oleh Pendhita Drona. Bima membuat sungai Serayu, sementara Korawa membuat sungai Klawing.
Sesampainya di suatu tempat, Bima didampingi oleh punakawan menggelar tikar untuk istirahat makan. Namun belum sempat memakan bekal yang sudah disiapkan terdengar sorak-sorai Korawa yang merasa yakin akan memenangkan lomba itu. Akhirnya Bima batal istirahat. Tempat untuk menggelar tikar selanjutnya disebut kampung "Gelaran". Bima memandang (Jawa: nyawang) ke arah selatan dan tampak (Jawa: katon) para Korawa sedang berpesta merayakan kemenangan mereka. Tempat untuk memandang (nyawang) selanjutnya disebut kampung "Sawangan" dan tempat para Korawa tampak sedang berpesta disebut "Somakaton" (berasal dari kata para "Kusuma wus katon"). Ketiga tempat ini terdapat di wilayah Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. 
Khawatir mengalami kekalahan, maka Bima segera mempercepat kerjanya, dan akhirnya memenangkan perlombaan. Kekalahan Korawa menempatkan Pandhita Drona sebagai korban. Pandhita dari Sokalima itu dihukum dengan cara dipotong penisnya dan dibuang di tepian sungai Klawing. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Panembahan Drona, bertempat di Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga. Di tempat itu masih tersimpan sebuah lingga yang konon penjelmaan dari penis Pandhita Drona.
Di luar legenda yang berkembang tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa keberadaan sungai serayu sangat terkait dengan pamah tentang kesuburan. Sungai dan atau air identik dengan kesuburan. Paham demikian selaras dengan cerita lain tentang air, seperti banyu prewita urip, air kehidupan dan lain-lain. Di sisi lain, alat kelamin pun lazim dikaitkan dengan paham tentang kesuburan seperti halnya artefak-artefak masa klasik (Hindu-Budha) ditemukan lingga dan yoni yang juga dipahami terkait dengan upacara kesuburan.
Pada era sekarang ini, sungai Serayu marupakan salah satu dari dua ikon penting kepariwisataan Banyumas, yaitu gunung Samet dan sungai Serayu. Dengan dua ikon penting inilah, Kabupaten Banyumas tengah menggencarkan usaha mewujudkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Tengah.

Sumber panginyongan.blogspot.com

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT





YOGYA (KRjogja.com) - Calon presiden Konvensi Partai Demokrat, kembali melakukan lawatan di Yogyakarta yang merupakan kota asalnya. Dalam lawatan ini Anies mengaku meneladani sikap Sultan Hamengkubuwono IX.

"Sultan HB IX pemimpin yang berani saat ambil keputusan Yogyakarta menjadi ibukota, ia turun tangan ambil kesempatan membenahi negeri kala itu," ujar Anies dalam Rakornas Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Anies mengatakan ia meneladani sikap berani Sultan HB IX, ia menerima undangan Konvensi Partai Demokrat karena ingin turun tangan membenahi negeri.

Selain memberi orasi di UMY, Anies juga melakukan napak tilas perjalanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia melakukan jalan sehat bersama masyarakat kota gudeg dari Bulaksumur (lokasi UGM saat ini) ke Kraton (lokasi UGM saat pertama kali berdiri). Setelah kunjungannya ke Jogja, Anies akan melakukan tur sosialisasi keliling Jawa dengan tema 3000 kilometer nyalakan harapan.

CERITA DARI DAERAH PEMILIHAN #JATENG8

Dayeuhluhur

 
Tahun 1475 Kerajaan Daya Luhur (Dayeuh Luhur) didirikan oleh Prabu Gagak Ngampar, putra mahkota kerajaan Sunda (Galuh Purba) dibawah kekuasaan Raja Sri Prabu Niskala Wastu Kancanayang bertahta selama 104 tahun, Kerajaan Daya Luhur merupakan wilayah pemekaran Kerajaan Pasir Luhur. Prabu Gagak Ngampar memiliki Putra Mahkota Kembar, yaitu Ki Hadeg Ciluhur dan Ki Hadeg Cisagu, keduanya memiliki hak atas tahta kerajaan yang sama, demi keadilan Prabu Gagak Ngampar membagi wilayah Kerajaan Daya Luhur menjadi 3 (tiga),

Daya Luhur dengan pusat pemerintahan Istana Salang Kuning di Dayeuh Luhur, Kadipaten Majenang dipimpin Adipati Ki Hadeg Ciluhur berpusat di istana Candi Kuning Gunung Padang Salebu Majenang, Kadipaten Penyarang dipimpin Adipati Ki Hadeg Cisagu dengan Istana Candi Laras di Desa Kunci Sidareja.

Demi kelangsungan Trah Kerajaaan Daya Luhur, Putra Ki Hadeg Ciluhur dikawinkan dengan Putri Ki Hadeg Cisagu, lahirlah seorang anak lelaki diberi nama Arsagati. Arsagati menggantikan kakeknya menjadi raja Dayeuh Luhur kedua, Arsagati menurunkan Raksagati menjadi raja Dayeuh Luhur ke tiga, dan raja ke empat putra Raksagati, bernama: Harsapraja atau Reksapraja. Masa transisi dari kerajaan ke status kadipaten Dayeuh Luhur, atas kekalahan perang melawan Kerajaan Mataram dan tunduk dibawah kedaulatan Mataram, pimpinan kelima Daya Luhur berstatus sebagai Adipati (Bupati) bernama Wirapraja anak dari istri selir Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhumn Kartasura Hadiningrat, Adipati ke enam Wiradika I putra kedua Wirapraja, adipati ketujuh Wiradika II, menurunkan sebelas anak, anak keenam bernama Wiradika III terlahir dari istri keturunan Kraton Kartasura (Putri Tumenggung Wiraguna), ketika dilantik menjadi Adipati Dayeuh Luhur ke Delapan Wiradika III bergelar Raden Tumenggung Prawiranegara, merupakan Bupati terakhir Kadipaten Dayeuh Luhur (1831) dan wilayahnya digabungkan dengan Kadipaten Banyumas oleh Pemerintah Kolonial Belanda, Pasca Perang Dipanegara (1825-1830).

Ketika Kerajaan Pajang runtuh digantikan Kerajaan Mataram (1587 - 1755) didirikan oleh Panembahan Senapati. Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram mengadakan ekspansi (Perluasan wilayah), menaklukan Kerajaan Adireja di Adipala, menggempur Kerajaan Galuh di Priangan Timur, dan menundukan Kerajaan Daya Luhur (Dayeuh Luhur) yang dipimpin oleh raja Prabu Gagak Ngampar yang berpusat di Istana Salang Kuning, dan memiliki wilayah dua Kadipaten , yaitu Kadipaten Majenang yang berpusat di Istana Candi Kuning, di Gunung Padang Desa Salebu Majenang, dengan Adipati (Bupati) Ki Hadeg Ciluhur, serta Kadipaten Penyarang dengan Istana Candi Laras di Desa Kunci Sidareja dibawah kekuasaan Adipati Ki Hadeg Cisagu.

Ki Hadeg Ciluhur dan Ki Hadeg Cisagu adalah putra mahkota kembar Prabu Gagak Ngampar pendiri Kerajaan Daya Luhur (1475 - 1831) yang diberi tanah perdikan untuk dijadikan pusat pemerintahan dengan status Kadipaten. Istana Candi Kuning dan Istana Candi Laras oleh Kerajaan Mataram dibawah kekuasaan Panembahan Senapati dibumi hanguskan, Istana Candi Kuning yang memiliki Pilar Batu sepanjang 33,3 meter (33,3=9) diruntuhkan, dan dibongkar, rumah penduduk dibakar menjadi karang abang, selama bermingu-minggu langit Majenang menjadi abu-abu, lantaran banyaknya lebu-lebu (debu) beterbangan diangkasa, untuk mengenang peristiwa tersebut, warga yang selamat memberi tetenger untuk nama desa yaitu Desa Salebu Kecamatan Majenang, reruntuhan Istana Candi Kuning, berupa batu berbagai bentuk dan ukuran mulai dari 45 X 45 X 45 Cm, hingga segi delapan, dan batu pilar bekas penyangga Istana Candi Kuning kini menjadi “Kunci” saksi sejarah berupa BCB (Benda Cagar Budaya), yang jumlahnya mencapai ratusan ribu batu disatu tempat, terkuaknya “Misteri Istana Candi Kuning di Gunung Padang Majenang” yang selama ini oleh anak cucu keturunan Trah Kerajaan (Kadipaten) Dayeuh Luhur ditutup- tutupi dan pamali atau tabu untuk disiarkan, dan diketahui oleh keturunannya, menyiratkan rekaman peristiwa sejarah atas kekalahan mempertahankan kedigdayaan Kerajaan Daya Luhur dari gempuran “Penjajah ! “ yakni Kerajaan Mataram dibawah kekuasaan Panembahan Senapati. Sang leluhur Tatar Cilacap ini, merasa bersalah dan tidak mampu mempertahankan kejayaan Kerajaan (Kadipaten) Daya Luhur, sebagai pemerintahan pribumi pertama yang ada, kekalahan dan penderitaan leluhur kita ini tersimpan rapat-rapat selama (1595 - 2008 = 413 tahun), selama 413 tahun pula Leluhur kita melalui para juru kunci (Kuncen) yang rata- rata sudah mencapai 7 (Tujuh) Turunan, telah dengan sengaja menutup pintu informasi, supaya anak cucu dan cicitnya tidak menyimpan dendam kesumat, sehingga di Tatar Cilacap tercipta kondisi keamanan yang kondusif.

Sedikitnya ada 7 (tujuh) Buku Kuna dalam bentuk gancaran, juga berita tentang keberadaan Kerajaan Daya Luhur (Dayeuh Luhur), seperti yang tertulis dalam buku Babad Padjadjaran Doemagi Padja n g koleksi Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dalam buku tersebut Kerajaan Daya Luhur, ditulis Kerajaan Dailur.

Asai - Usul Prabu Gagak Ngampar pendiri Kerajaan Daya Luhur (Dayeuh Luhur), Sri Prabu Niskala Wastu Kancana adalah raja besar yang bertahta selama 104 tahun di Kerajaan Sunda (Galuh Purba), memiliki putra mahkota bernama Banyak Catra atau Banyak Sasra dalam pengembaraannya ke wilayah timur menuju Kerajaan Pasir Luhur yang berpusat di Istana Taman Sari di pinggir Sungai Logawa, Karang Lewas Purwokerto, Banyak Catra memakai nama samaran Raden Kamandaka. Banyak Catra memiliki adik kandung bernama Gagak Ngampar atau Banyak Ngampar juga memiliki nama samaran Silih Warni, Banyak Catra dan Gagak Ngampar memiliki adik tiri dari istri selir sang raja, bernama: Banyak Blabur.

Banyak Catra alias Raden Kamandaka diangkat sebagai menantu sekaligus menggantikan kedudukan sang mertua, Sri Baginda Maha Prabu Krendadaha, Raja kedelapan Kerajaan Pasir Luhur, atas jasa-jasanya terhadap Kerajaan Pasir Luhur dalam Peperangan Melawan Kerajaan Maritim Nusakambangan dibawah kebesaran Raja Pule Bahas. Kerajaan Nusakambangan takluk ditandai dengan kematian Raja Pule Bahas, yang ditikam dengan Tjis (Keris Kecil) oleh Lutung Kasarung yang tidak lain adalah Raden Kamandaka, dalam perang antara Kerajaan Pasir Luhur dengan Kerajaan Nusakambangan, peran Gagak Ngampar sangat menentukan kemenangan karena Gagak Ngampar membantu kakaknya Raden Kamandaka, dengan membawa satu peleton pasukan bersenjata lengkap yang menjadi ujung tombak kekuatan. Atas kemenangan ini Raden Kamandaka dijadikan menantu dengan mempersunting Ciptarasa, dan menggantikan Tahta sang mertua menjadi Raja Pasir Luhur, sedangkan Gagak Ngampar diberi kekuasaan untuk mendirikan Kerajaan Daya Luhur (1475), Kerajaan Daya Luhur adalah wilayah pemekaran Kerajaan Pasir Luhur, dan wajib mengirirnkan upeti setiap tahun kepada Kerajaan Induk Pasir Luhur.

Saat raja besar Sunda Sri Prabu Niskala Wastu Kancana berniat lengser keprabon, dipanggilah ke tiga putranya yaitu, Banyak Catra (Raden Kamandaka), Gagak Ngampar (Silih Warni), dan Banyak Blabur yang terlahir dari istri selir. Ketiganya menghadap sang raja lengkap dengan persyaratan, Banyak Catra diiringi oleh 40 orang putri dari Kerajaan Pasir Luhur, Gagak Ngampar diiringi 40 orang putri dari Kerajaan Daya Luhur, dan Banyak Blabur disertai 40 putri dari Banten. Ketiganya lolos seleksi persyaratan juga tes kedigdayaan ilmu kanuragan, giliran persyaratan akhir untuk menentukan siapa yang akan menggantikan kedudukan Tahta Raja Sunda, menghadaplah ibunda Banyak Blabur menuntut janji kepada sang raja Sri Prabu Niskala Wastu Kancana, atas janjinya jika kelak melahirkan seorang anak lelaki, akan dijadikan raja menggantikan kedudukan ayahandanya. Hasil sidang para pengageng kerajaan Sunda dengan Raja mensyaratkan yang dapat menggantikan tahta, adalah anak yang phisiknya utuh, tanpa cacat sedikitpun, yang pertama dites adalah Gagak Ngampar melalui wawancara panjang dan diagnosa phisik terdapat cacat menahun pada kepala sebelah kiri, karena pernah retak saat perang melawan Pule Bahas, Raja Nusakambangan. Giliran kedua Banyak Catra dalam wawancara lulus gemilang, ketika tes phisik terdapat luka gores memanjang di lambung kanan perut akibat tusukan Patrem (Keris kecil tanpa luk), oleh adiknya Gagak Ngampar alias Silih Warni saat bertanding menentukan kebenaran bahwa Banyak Catra alias Raden Kamandaka adalah prajurit dari kerajaan Sunda, peristiwa itu terjadi diatas Watu Sinom (Batu Muda) sebesar rumah di Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas. Karena Banyak Catra maupun Gagak Ngampar pada badannya terdapat luka, maka pilihan terakhir yaitu Banyak Blabur yang kedapatan secara phisik mulus, maka lulus menggantikan kedudukan ayahnda menjadi Raja Kerajaan Sunda (Galuh Purba), ketika “Naik Tahta" Banyak Blabur bergelar Prabu Siliwangi, dan memindahkan pusat kerajaan Sunda ke daerah Pakwan Pajajaran (Bogor, sekarang), dan dikemudian tahun Kerajaan Sunda lebih popular disebut sebagai Kerajaan Pajajaran dengan raja besar Prabu Siliwangi.

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Dahlan Iskan Kuliah Umum dan Joget di Kupang

 




TEMPO.CO, Kupang - Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan memberi kuliah umum nasional tentang kewirausahaan kepada sekitar 1.500 mahasiswa Universitas PGRI Kupang, Nusa Tenggara Timur, pagi ini, Selasa, 17 Desember 2013. Dahlan mengisahkan perjalanan hidupnya hingga bisa menjadi orang sukses, termasuk riwayat penyakit yang dideritanya.

"Kalau mau sukses, usaha yang akan ditekuni harus dilakukan. Jangan hanya angan-angan saja," kata Dahlan. Kuliah umum yang mengambil tema "Kiat Sukses di Usia Muda" tersebut bertempat di Grand Mutiara Ball Room, Kupang.

Rektor Universitas PGRI Kupang Samuel Haning mengatakan pihaknya secara khusus mengundang Dahlan untuk memberi motivasi kepada mahasiswa di perguruan tinggi itu agar memiliki jiwa kewirausahaan setelah menyelesaikan kuliah.

"Ini adalah kesempatan langka bagi Universitas PGRI karena pertama kalinya dikunjungi menteri Kabinet Indonesia Bersatu II," kata dia. Universitas PGRI Kupang menghadirkan Dahlan Iskan untuk berbagai pengalamannya sebagai CEO Jawa Pos Group.

"Dahlan Iskan secara resmi kami terima menjadi warga kehormatan Universitas PGRI Kupang sebagai seorang tokoh nasional yang memiliki reputasi internasional," tambah Samuel. Usai memberi kuliah, Dahlan berjoget bersama ribuan mahasiswa yang hadir. Dahlan bisa jadi mengalahkan mahasiswa yang usianya lebih muda karena Dahlan tampak lebih energik dalam bergoyang.

Dahlan Iskan adalah salah satu kandidat capres dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat. Bersama 10 kandidat lain, ia diharuskan berkeliling ke daerah-daerah untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan elektabilitas masing-masing kandidat pada bursa pemilihan. 

Komite konvensi sedang menyiapkan survei untuk mengukur elektabilitas masing-masing kandidat pada Januari mendatang. Survei kedua akan dilakukan pada April. Siapa pun yang memperoleh nilai elektabilitas tertinggi dalam survei bakal langsung didapuk menjadi capres atau cawapres mewakili Partai Demokrat. 

 

CERITA DARI DAERAH PEMILIHAN #JATENG8

Kerajaan Nusatembini Legenda Cilacap (3)


Dengan kegagalan para Adipati Anom dalam mengikuti sayembara menangkap Garuda Beri, maka sang Adipati Donan menjadi putus harapan. Sang Adipati selalu merenung untuk mencari cara bagaimana mengalahkan binatang yang meresahkan rakyat Donan tersebut. Dalam suasana kesedihan tersebut datanglah seorang pemuda dengan wajah yang tampan dan halus perangainya. Pemuda itu adalah seorang perjaka ”Santri Undig” yang disebut pula sebagai Bagus Santri. Di hadapan Sang Adipati Donan, ia menyampaikan niatnya untuk mengabdikan diri di Kadipaten Donan, ia akan bekerja apa saja demi Donan dan akan melaksanakan titah baginda dengan penuh kepatuhan. Sang Adipati yang mendengar permohonan Bagus Snatri tersebut menyatakan tidak keberatan, bahkan menerimanya dengan senang hati dengan syarat ia sanggup membunuh binatang Garuda Beri yang telah meresahkan rakyatnya. Meskipun Bagus Santri mengetahui bahwa syaratnya cukup berat, namun tekadnya yang bulat membuat menerima tawaran Sang Adipati Donan tersebut.

Sesungguhnya Bagus Santri adalah seorang utusan dari Demak. Ia diutus Sultan demak untuk mengambil kembali pusaka Demak yang cukup ampuh, ”Cis Tilam upih” yang sudah lama tidak ada di istana. Dengan diterima menjadi hamba Adipati Donan dan berhasil menangkap Garuda Beri, maka ia berharap pusaka Demak tersebut dapat diambil kembali.

Santri Undig tidak serta merta menangkap Garuda Beri. Untuk sementara waktu ia harus tinggal di Kadipaten Donan untuk mempelajari situasi dan kondisi bahaya tersebut. Setelah beberapa waktu tinggal di Donan, ia menghadap sang Adipati untuk menyampaikan uneg-unegnya. Pertama, sebelum membunuh Garuda Beri, ia terlebih dahulu meminta dibuatkan ”lubang yang dalamnya setinggi manusia”. Kedua, ia meminta agar disediakan kain kain putih selebar hasta. Ketiga, ia diperkenankan meminjam pusaka Cis Tilam Upih. Kecuali permintaan ketiga, permintaan Bagus Snatri segera dikabulkan oleh sang adipati. Sementara itu permintaan ketiga baru bisa dikabulkan setelah ia berkali-kali meyakinkan sang adipati bahawa burung tersebut baru dapat dibunuh dengan Cis Tilam Upih.

Dengan dikabulkannya semua permintaan, Bagus Santri kemudian mempersiapkan untuk menangkap Garuda Beri. Setelah perlengkapan yang diperlukan tersedia, Bagus Santri mengambil air wudhu dan sholat sembari berdoa agar dikabulkan oleh Allah SWT dalam melaksanakan tugas berat tersebut. Dengan diniati memberantas kejahatan dan kekejaman, maka Bagus Santri memiliki motivasi yang kuat untuk membunuh Garuda Beri. Setelah bersembahyang dan membaca doa selamat, santri Undig mengenakan kain putih pemberian Adipati Donan. Kain putih itu digunakan untuk membungkus dirinya hingga tidak kelihatan badannya dan membentuk gumpalan putih. Dengan mengenakanpakaian itu, maka tidak tampak manusian jika dipandang dari jarak jauh. Dari kejauhan lebih mirip sapi dengan kulit putih. Berpakain seperti itu merupakan taktik Bagus Santri agar Garuda Beri yang melihat dari angkasa mengira benda putih yang terlihat adalah sapi dengan begitu garuda Beri akan segera menerkamnya. Dalam posisi seperti itu ia menuju ke tempat terbuka tempat dibangunnya sebuah pondok bertiang tinggi. Tidak jauh dari lokasi itu juga terdapat sebuah lubang setinggi manusia yang digunakan sebagai tempat untuk melawan Garuda Beri.

Peristiwa akan adanya pertarungan antara Bagus Santri dengan burung raksasa mengundang khalayak untuk melihatnya. Mereka melihat akan adanya pertarungan antara Garuda Beri dengan Bagus Santri. Para warga Donan dengan penuh ketegangan menantikan detik-detik terjadinya pertarungan tersebut.

Menunggu kedatangan makhluk aneh, Bgaus Santri bersila di panggok sambil bersemedi seraya memohon pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa agar dapat berhasil menjalankan misi sucinya, menumpas Garuda Beri. Tidak lama kemudian, dari arah selatan (P. Nusakambangan) terlihat bayangan hitam yang terlihat di angkasa. Bayangan itu makin mendekati posisi Bagus Santri. Penduduk yang melihatnya menjadi ketakutan dan bertanya-tanya dalam hati apa yang akan terjadi. Garuda Beri kemungkinan menganggap bahwa gumpalan warna putih itu adalah seekor sapi atau kambing besar yang bisa dimangsa. Garuda Beri beberapa kali mengitari dan mengamati benda putih itu, hingga rupanya ia berkeyakinan bahwa yang dihadapi adalah magsa yang lezat. Dengan sigap Garuda Beri itu kemudian menyambar mangsanya., Bagus Santri yang berbalut kain putih. Sementara itu Bagus Santri sudah siap untuk memberikan perlawanan. Ketika Garuda Beri menukik ke bawah, Bagus Snatri masuk ke dalam lubang tanah yang telah dipersiapkan itu. Ketika cakar Garuda Beri berdiri di atas lubang, Bagus Santri dengan sigap menancapkan pusaka Cis Tilam Upih pada bagian paha dari burung raksasa itu. Burung itu meraung kesakitan dan terbang kembali ke angkasa.

Garuda Beri yang telah mengalami luka di bagian pahanya itu sudah tidak memiliki keseimbangan dalam mengayunkan tubuhnya di angkasa. Binatang itu kemudian hinggap di pohon ketapang yang amat besar di tepian sebuah pantai Cilacap. Pohon raksasa itu tidak mampu menahan beban berat dari tubuh burung raksasa itu hingga rantingnya bengkok hampir menyentuh tanah. Garuda beri hendak terbang kembali, dan kerena tubuhnya telah terluka parah maka ia hanya dapat melayang-layang pada ketinggian yang rendah. Goresan luka akibat tusukan pusaka Demak iyu menyebabkan daya tahan tubuh Garuda Beri menurun tajam dan akhirnya jatuh ke tepian anak sungai yang tidak jauh dari Sungai Donan bagian timur.

Orang percaya bahwa cerita tentang matinya Burung Garuda Beri ini dibuktikan dengan peninggalan sejarah berupa suatu tempat di Cilacap yang dikenal dengan nama ”Grumbul Ketapang Dengklok”. Artinya pemukiman tempat pohon ketapang yang begkok akibat tidak ampu menahan beratnya Burung Garuda Beri yang sedang sakit menjelang ajalnya.

Keberhasilan Bagus Santri membunuh Garuda Beri disambut sukacita di seluruh Kadipaten Donan. Sukacita terlihat sekali diraut wajah sang Adipati yang kemudian menekati Bagus Santri dan memluknya erat-erat. Sementara itu rakyat bersorak-sorai mengelu-elukan kepahlawanan Bagus Santri. Kegembiraan rakyat Donan bisa dipahami karena dengan terbunuhnya garuda Beri, maka rasa mencekam yang mereka rasakan tiap hari telah hilang. Sementara itu Sang Adipati juga merasa telah berhasil menyelamatkan penduduknya dari marabahaya.

Adipati Donan tidak ingkat janji, ia segera menyerahkan putrinya nan cantik jelita kepada Bagus Santri, akan tetapi Bagus Santri tidak segera menerima hadiah putri tersebut. Bagus Santri justru menyerahkan putri tersebut untuk menjadi istri Adipati Bagong, seorang Adipati di Limbangan. Alasan Bagus Santri tidak menerima sang putri karena Bagus Snatri belum berkeinginan menikah dan masih senang berkelana menyebarkan agama Islam.

Bagus Santri yang cukup cerdik tersebut ternyata adalah Sunan Kalijaga. Ia mendapat tugas dari Sultan Demak untuk mencari dan mengambil kembali pusaka Demak Cis Tilam Upih. dengan demikian, cerita tentang peristiwa di Kadipaten Donan tersebut adalah dapat dianggap sebagai masa awal penyebaran Islam di telatah Cilacap. (Selesai)

(Sumber: Buku Pengkajian dan Penulisan Upacara Tradisional di Kabupaten Cilacap, oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah )

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Dahlan usul pesantren dapat suntikan dana APBN


Merdeka.com - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengusulkan pesantren-pesantren di Indonesia mendapatkan suntikan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui pos anggaran pendidikan yang besarnya 20 persen.

Menurut Dahlan, pondok pesantren juga bagian dari lembaga pendidikan penopang kecerdasan bangsa. Namun, Dahlan menegaskan bantuan dana bagi pondok pesantren, harus disertai kelayakan sebuah pondok pesantren menerimanya.

"Bagaimana anggaran pendidikan bisa untuk pesantren tapi pesantren yang seperti apa yang dapat anggaran pendidikan mungkin perlu diajukan syarat-syaratnya," ujar Dahlan di Pondok Pesantren Internasional Jagat 'Arsy di Tangerang Selatan, Minggu (15/12).

Selain itu, Dahlan juga mengimbau pondok pesantren untuk berani mengajukan anggaran kepada pemerintah. Tentunya setelah 'mempercantik diri'.

"Kalangan pesantren harus berani mengusulkan, syarat-syaratnya misalnya yayasannya yang rukun, yang pendidikannya maju, nanti biar dirumuskan," ujar Dahlan.

Dahlan memaparkan, anggaran APBN terus meningkat tiap tahun, dengan demikian anggaran pendidikan juga bertambah. Dahlan menilai, anggaran pendidikan bisa menyentuh angka Rp 500 triliun dalam tiga tahun ke depan. Angka terbesar sepanjang sejarah ini perlu diserap dengan baik.

"Rp 320 triliun anggaran pendidikan tahun depan. Negara harus mengalokasikan 20 persen APBN untuk pendidikan. Kalau APBN naik, anggaran pendidikan ikut naik. Nilai Rp 320 triliun, belum pernah dalam sejarah Indonesia anggaran pendidikan sebesar itu. Penyerapannya juga harus belajar," papar Dahlan.

Mantan Dirut PLN ini mendorong pondok pesantren meningkatkan kualitas agar layak menerima dana dari APBN. Dengan demikian diharapkan anggaran pendidikan bisa dimanfaatkan seluas-luasnya. Tidak hanya untuk lembaga pendidikan negeri, tetapi juga pesantren.

"Nanti anggaran itu mbok ya jangan hanya negeri-negeri, harus berubah, guyonannya menghabiskan anggaran sebesar itu tidak bisa, saking besarnya, makanya penyerapannya harus tertib," tutup Dahlan.

CERITA DARI DAERAH PEMILIHAN #JATENG8

Kerajaan Nusatembini Legenda Cilacap (2)

Setelah persiapan untuk berangkat menuju Kerajaan Nusatembini selesai, maka rombongan prajurit dari Pajajaran tersebut berangkat menuju kerajaan siluman di pantai selatan Cilacap tersebut. Meskipun berasal dari prajurit pilihan, perjalanan menuju Nusatembini ternyata tidak mudah. Mereka harus melewati alam yang masih ganas berupa hutan belantara dan rawa-rawa yang membentang luas. Dalam situasi alam yang demikian pra prajurit Pajajaran dengan semnagat yang membara menuju Kerajaan Nusatembini agar memperoleh obat penyakit putri raja ” air mata kuda sembrani”.

Para prajurit utusan Pajajran tersebut akirnya sampai di wilayah Cilacap. Ketika sampai di wilayah Nusatembini mereka melihat adanya kekeuatan yan mengelilingi kerajaan tersebut yang amat kuat. Para prajurit berusaha memasuki istana kerajaan itu dengan berbagai cara. Akan tetapi kali ini usaha itu gagal karena adanya benteng rumpun bambu yang berlapis-lapis rapat yang mengellingi Kerajaan Nusatembini ibarat seperti pagar berlapis. Usaha untuk memasuki istana Nusatembini berkali-kali dicobanya, dan ternyata selalu gagal.

Kegagalan berkali-kali untuk memasuki Istana Nusatembini tidak membuat para prajurit Pajajaran putus asa. Dengan semangat membela sang Raja dan negaranya mereka selalu mencari cara untuk dapat memasuki Istana Nusatembini. Adipati Gobong, Adipati Sendang dan Patih Harya Tilandanu jalan lain diluar jalan perang. Mereka bersemedi untuk mendapatkan ilham dan jalan keluar agar dapat memasuki Istana Nusatembini. Setelah beberapa hari bersemedai akhirnya mereka memperoleh petunjuk gaib. Dalam petunjuk gaib itu dikatakan bahwa benteng bambu yang mengelilingi Nusatembini akan dapat dihancurkan denganmenggunakan peluru emas.

Setelah mendapatkan ilham tersebut para prajurit tata sunda utusan raja Pajajaran tersebut mengubah taktik dalam memasuki Istana Nusatembini. Mereka membuat peluru emas yang berasal dari uang emas untuk menghancurkan bambu yang mengelilingi keraton dengan raja perempuan tersebut.

Pembuatan peluru emas dilakukan oleh rombongan prajurit Pajajaran di lokasi yang tidak jauh dari Istana Nusatembini. Mereka singgah di suatu daerah di dekat istana tersebut selama berhari-hari. Selain memproduksi peluru emas, mereka juga mengatur siasat untuk melakukan penyerangan. Di daerah tempat persiapan penyerangan ini dikenal dalam cerita rakyat Cilacap sebagai daerah Donan. Satu daerah tempat Andon (bersinggah).

Setelh rencana penyerangan diatur secara matang, maka pada hari yang telah ditentukan rombongan prajurit Pajajaran melakukan serangan ke Istana Nusatembini. Serangan dilakukan oleh prajurit tangguh dengan menggunakan peluru emas yang telah dipersiapkan sebelumnya. Peluru-peluru itu ditembakkan dan berjatuhan dekat atau di bawah rumpun bambu yang membentengi Istana Nusatembini. Para penduduk Nusatembini yang melihat peluru emas berjatuhan di bawah pepohonan bambu berusaha mengambil peluru-peluru yang bernilai ekonomi tinggi pada masa itu. Untuk dapat mengambil peluru tersebut mereka harus menebangi pohon bambu yang berlapis-lapis tersebut.

Prajurit Pajajaran menyadari makna peluru emas ternyata sebagai alat memancing penduduk dalam kerajaan untuk membuka isolasi kerajaan dengan menebang pohon bambu yang menjadi benteng kerajaan. Sedikit demi sedikit akhirnya Prajurit Pajajaran semakin dapat bergerak maju setelah dapat melewati rumpun-rumpun bambu ori yang ditebangi oleh penduduk setempat. Prajurit Pajajaran akhirnya berhasil memasuki dalam istana setelah berhasil melampaui tujuh lapis pagar bambu yang telah habis ditebangi penduduk yang tergiur pada peluru emas yang berjatuhan di bawah pohon bambu.

Certia tentang adanya peluru emas ini dapat ditafsirkan dua hal yang menyangkut fakta-fakta historis dibalik cerita itu. Pertama, konsep senjata api dalam kisah tersebut menunjukkan bahwa latar belakang cerita itu adalah pada masa Kerajaan Pajajaran akhir menjelang berkembangnya agana Islam di Nusantara, kemungkinan abad ke-15 dan ke-16. Hal itu dapat dijelaskan karena senjata api diperkenalkan oleh orang-orang Portugis dan kemudian Belanda pada abad-abad tersebut. Kedua, kelemahan suatu negara sehebat apapun akan dapat dipatahkan dengan kekayaan. Emas yang merupakan simbol kekayaan yang bernilai ekoomi tinggi telah menggoda rakyat Nusatembini sehingga dengan mudah dapat disusupi oleh pasukan asing.

Para prajurit Pajajaran akhirnya dapat memasuki Istana Kerajaan Nusatembini. Mereka bermaksud untuk menangkap sang ratu. Akan tetapi mereka mengalami kesulitan, sebab sang ratu memberikan perlawanan. Melihat bahaya yang mengancam, Raja Putri Nusatembini ini kemudian naik kuda sembrani terbang ke angkasa. Dengan suara lantang sang putri menantang para prajurit pendatang terebut, sembari berucap ”Hai prajurit Pajajaran, tunjukkan kesaktian dan kejantananmu, tangkaplah aku. Kalau dapat menangkap diriku, aku akan tunduk, Kerajaan Nusatembini aku serahkan kepadamu.” Melihat keperkasaan sang ratu, pra prajurit Pajajaran menjadi tercengang dan tidak segera melakukan perlawanan.

Di bagian lain diceritakan bahwa Patih Harya Tilandanu memasuki ruang dalam istana Nusatembini . Ketika sedang menjelajahi ruang-ruang tersebut, ia menemukan seorang wanita yang snagat cantik. Menurut keyakinan masyarakat setempat, putri terebut adalah Ratu Brantarara, Raja Putri Nusatembini. Sang Patih berusaha untuk mendekati wanita tersebut, tetapi belum sampai berhasil mendekat wanita itu lenyap dari pandangan matanya dan berubah menjadi ”golek kencana” (boneka emas). Sang Patih menjadi gemas dan berusaha untuk memegang golek tersebut, tetapi benda itu melejit dan mengenai tubuh sang patih hingga terjatuh. Boneka itu mengeluarkan warna berkilau yang menyebabkan sang patih mengalami kebutaan. Dengan adanya peristiwa itu, maka usaha utusan Pajajaran untuk mendapatkan air mata kud asembrani sebagai obat penyembuh putri raja mengalami kegagalan. Akan tetapi paa prajurit Pajajaran juga tidak berani kembali pulang ke Pajajaran dengan tangan hampa karena takut ancaman hukuman yang berat akibat kegagalannya.

Para prajurit Pajajaran kemudian menetap di daerah Nusatembini, termasuk Patih Harya Tilandanu. Bahkan Patih Harya Tilandanu ini meninggal dunia di Cilacap dan dimakamkan di Gunung Batur. Cerita Rakyat Cilacap mengatakan bahwa makamnya di desa Slarang, Kecamatan Kesugihan, Cilacap. Adipati Gobog juga menjadi penghuni menetap di wilayah Nusatembini. Mereka meninggal di wilayah ini dan dimakamkan di sebuah tempat yang terkenal dengan sebutan makam Adipati Gobog. Lokasi makam itu sebelah selatan jalan Jenderal Sudirman, tidak jauh dengan pasar seleko. Nama Adipati Gobog sempat diabadikan menjadi nama jalan, sebelum berubah menjadi jalan Sudirman. Sementara itu Adipati Sendang, makamnya di Desa Donan.

Kadipaten Donan
Jika cerita tentang Kerajaan Nusatembini berasal dari masa Hindu Budha, maka cerita tentang Kadipaten Donan diperkirakan pada periode awal perkembangan Islam di Tanah Jawa. Donan tidak berlokasi di dekat pantai selatan Cilacap, tetapi di daratan bagian utara, sekarang masuk sekitar Kota Cilacap.

Dalam cerita itu dikatakan bahwa Donan pada mulanya merupakan daerah hutan. Daerah itu mulai dibuka menjadi daerah pemukiman migrasi orang-orang Banyumas. Salah satu kelompok pendatang adalah rombongan Raden Ronggosengoro utusan dari Adipati Mrapat, seorang menantu dari Adipati Wirasaba. Raden Songgosengoro beserta rombongannya akhirnya menetap di wilayah itu. Ia pandai memimpin rakyat dengan mengubah daerah Donan yang semula sepi menjadi pemukiman yang ramai. Ronggosengoro kemudian diangkat menjadi Adipati di Donan oleh Adipati Wirasaba.

Di bawah kepemimpinan Adipati Ronggosengoro daerah Donan secara berangsur-angsur berubah menjadi daerah yang ramai dan makmur. Penduduknya hidup dalam kecukupan, tidak kekurangan sandang maupun pangan. Keamanan terjamin sehingga penduduk tidak merasa cemas tinggal di wilayah Donan.

Kondisi Donan yang aman dan tenteram menjadi terusik ketika ada gangguan makhluk aneh ke wilayah Donan. Gangguan itu berupa seekor burung raksasa yang oleh orang setempat disebutnya sebagai ”Garuda Beri”. Burung raksasa ini konon sering menerkam hewan-hewan milik penduduk Donan. Bahkan juga menerkam manusia yang berusaha mempertahankan binatang kesayangannya yang hendak diterkam oleh si burung raksasa tersebut. Burung raksasa itu bersarang di Pulau Nusakambangan. Untuk mengatasi persoalan itu sang adipati berusaha mengerahkan segala kekuatan rakyatnya untuk membunuh binatang tersebut, tetapi selalu gagal.

Kegagalan menangkap binatang yang meresahkan masyarakat Donan tersebut mengusik sang adipati untuk mencari cara lain. Berkat petunjuk dari ahli nujumnya yang mengatakan bahwa burung tersebut dapat dimusnahkan dengan pusaka Kesultanan Demak, maka ia menghadap ke Kesultanan Demak untuk meminjam pusaka Demak yang bernama Kyai Tilam Upih. Permintaan sang adipati meminjam pusaka Demak tersebut ternyata dikabulkan oleh Sultan Demak. Sayang sekali setelah pusaka itu berhasil dipinjam, namun tidak seorang pun yang mampu menggunakannya dengan baik untuk membunuh Garuda Beri.

Oleh karena selalu gagal dalam memusnahkan binatang berbahaya itu, diceritakan bahwa Adipati Donan menggelar sayembara. Dalam sayembara tersebut sang Adipati menjanjikan hadiah putrinya bagi siapapun yang berhasil menangkap dan membunuh Garuda Beri tersebut.

Sayembara itu ternyata menarik perhatian para Adipati Anom di daerah lain. Mereka berdatangan untuk menunjukkan kesaktiannya dalam menangkap binatang berbahaya tersebut. Mereka berharap sekali dapat menangkap binantang itu karena hadiahnya yang cukup menggiurkan, seorang putri yang cantik jelita. Akan tetapi ternyata para adipati tersebut tak satupun yang berhasil menaklukan garuda Beri. Para petarung menjadi takut dan lari terbirit-birit akibat serangan ganas dari binatang siluman tersebut. Sebagian dari mereka mengalami cedera, dan sebagian lagi mengurungkan niatnya mengikuti sayembara.
(bersambung...)




CERITA DARI DAERAH PEMILIHAN #JATENG8

Kerajaan Nusatembini Legenda Cilacap (1)

Cerita sejarah tentang Kerajaan Nusatembini mengambil setting di wilayah sekitar Pulau Nusakambangan. Nusatembini diceritakan sebagai sebuah Kerajaan Siluman yang cukup besar. Kerajaan ini memiliki wilayah di sekitar pantai Cilacap hingga pulau Nusakambangan. Keraaan ini memiliki benteng alamiah berupa tanamana bambu hingga tujuh lapis (Baluwarti pring ori pitung sap). Penggambaran benteng alamiah dari pagar bambu lapis tujuh itu dapat ditafsirkan bahwa si pembuat cerita hendak mengatakan bahwa pertahanan kerajaan Nusatembini terebut cukup kuat. Selain itu juga menunjukkan bahwa tanaman Bambu Ori merupakan tanaman yang biasa digunakan sebagai pagar atau pengamanan bagi masyarakat Cilacap terhadap gangguan keamanan.

Kerajaan Nusatembini dipimpin oleh seorang penguasa wanita (raja putri) berparas cantik bernama Brantarara. Kecantikan sang putri menarik perhatian para penguasa dari kerajaan lain untuk menjalin kerjasama hingga mempersuntingnya sebagai permaisuri. Akan tetapi untuk mempersunting sang putri tidaklah mudah, karena begitu ketatnya penjagaan dan pertahanan. Banyak raja yang gagal hanya sekadar untuk dapat memasuki wilayah istana kerajaan Nusatembini.

Cerita tentang keberadaan penguasa Kerajaan dari kaum hawa ini sesungguhnya dapat dipandang sebagai simbol tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam hak-hak politik. Dengan demikian pandangan yang mengangap bahwa dalam budaya Jawa kaum wanita dipandang lebih rendah dibandingkan dengan kaum pria tidak terbukti dalam alam pikiran si pembuat cerita sejarah Kerajaan Nusatembini tersebut. Dalam kebudayaan Cilacap ada nilai yang menganggap bahwa wanita juga memiliki kekuatan memerintah, bahkan dalam cerita itu melampaui kemampuan laki-laki.

Persoalannya adalah kapan sesungguhnya asal cerita Kerajaan Nusatembini ini berasal. Penulis sejarah dan hari jadi Cilacap versi Pemerintah Cilacap mengatakan bahwa Kerajaan Nusatembini berasal dari zaman pra sejarah. Hal itu katanya dibuktikan dengan adanya peninggalan dua rumpun bambu ori yang merupakan peninggalan benteng Kerajaan Nusatembini. Pada tahun 1970 peninggalan peninggalan yang dipercaya berasal dari masa pra sejarah itu masih ada yang berlokasi di kompleks dermaga Pelabuhan pasir Besi, akan tetapi pada sat ini peninggalan itu sudah hilang.

Menurut hemat kami, cerita tentang Kerajaan Nusatembini memang bukan mengambil zaman Islam, tetapi juga bukan pada masa pra sejarah. Zaman pra sejarah tidak dikenal konsep kerajaan, yang ada hanya Primus Interpares, dan umumnya laki-laki tertua. Konsep kerajaan baru muncul pada masuknya kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa latar belakang sejarah Kerajaan Nusatembini sesungguhnya adalah masa Hindu dan Budha di wilayah Cilacap.

Tafsir bahwa latar belakang cerita tentang Kerajaan Nusatembini Nusatembini adalah Hindu Budha didukung dengan cerita lain yang terkait dengan kerajaan tersebut. Cerita rakyat dalam masyarakat Cilacap menceritakan bahwa di sebelah barat dari Kerajaan Nusatembini adalah Kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran. Dalam catatan sejarah, kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan Hindu yang amat berkuasa di wilayah tatar Sunda. Oleh karena Kerajaan Nusatembini sezaman dengan Kerajaan Galuh, maka dapat dipastikan bahwa cerita tentnag adanya Kerajaan Nusatembini berasal dari zaman perkembangan Hindu dan Budha.

Kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran merupakan kerajaan besar. Berbeda dengan Nusatembini, penguasa Pakuan Pajajaran adalah seorang pria yang gagah berani. Pada masa pemerintahannya ia dicobai Tuhan dengan berkembangnya wabah penyakit yang menyerang rakyatnya. Akan tetapi rakyatnya menjadi sangat menderita karena banyak di antara mereka yang harus kehilangan anggota keluarga akibat ganasnya wabah penyakit tersebut. Raja Pajajaran ini berusaha mencari cara untuk memecahkan masalah yang sedang melanda negerinya. Segala usaha telah dilakukan untuk mengatasi wabah tersebut, tetapi sia-sia. Raja Merasa sedih melihat penderitaan yang menimpa rakyat di seluruh negerinya, dan semakin sedih lagi ketika putra dan putrinya juga terserang penyakit.

Ketika raja sudah hampir putus asa dalam mengatasi wabah penyakit yang melanda negerinya, datanglah seorang pendeta (wiku). Pendeta tersebut menyampaikan maksud kedatangannya hingga terjadi dialog seperti kutipan berikut :

Pendeta : ”Gusti Prabu junjungan hamba, ampunilah hamba ini akan segala kelancangan hamba menghadap Gusti tanpa panggilan dan dengan segala kemurahan Gusti Prabu, kami mohonkan maaf atas segala kesalahan ini”.

Raja : ”Teramat gembira rasanya aku melihat kedatangan wiku saat ini sebab memang ada sesuatu yang kini tengah merisaukan pikiranku sebagai pimpinan pemerintahan di Kerajaan Pajajaran ini”.

Pendeta : ”Gusti Prabu Junjungan hamba, rasanya hamba memaklumi apa yang tengah Gusti hadapi pada saat ini karena adanya wabah penyakit yang menimpa para kawula Pajajaran. Sampai pula Tuanku Putri saat ini terserang wabah penyakit itu”.

Raja : ”Rasanya memang demikian wikut, bahwa kerisauanku dan kecemasanku masih amat mencekam. Tetapi apakah kiranya bapa wiku dapat memberikan jalan keluar untuk mengatasi kesemuanya ini?”

Pendeta : ””Gusti Prabu Junjungan hamba, kedatangan hamba ini bermaksud untuk menyampaikan adanya ”wisik” atau ilham yang telah hamba terima. Bahwasanya apa yang terjadi saat ini di lingkungan Kerajaan Pajajaran serta penyakit yang diderita oleh Tuanku Putri junjungan hamba, masih dapat disembuhkan dengan obat apa yang disebut ”Air Mata Kuda Sembrani”. Adapun obat itu hanya dapat diusahakan dari bagian timur Kerajaan Pajajaran ini. Di arah timur sanalah ada sebuah keratorn yang disebut Nusatembini dan disitulah obat obat tersebut akan didapatkan. Tetapi untuk mencapai daerah itu serta mendapatkannya tidak mudah, sebab lingkungan Kraton Nusatembini adalah sangat gawat. Maka seyogyanya Gusti Prabu Junjungan hamba mengutus para abdi dalem Pajajaran yang terpilih untuk menghadapi ratu putri yang memimpin keraton tersebut.

Haturkanlah segala maksud Gusti untuk memohon apa yang disebut ”Air Mata Kuda Sembrani” yang menjadi peliharaan sang ratu. Apabila usaha mendapatkan airmata Kuda Sembrani itu berhasil, maka hal itu akan menjadi obat serta tumbalnya (Penolak) Kerajaan Galuh Pajajaran dari segala mara bahaya yang bakal datang.

Raja Pajajaran merspon positif saran-saran dari sang wiku tersebut. Raja tersebut kemudian mempersiapkan diri untu kmenuju Nusatembini. Beberapa orang adipati yang berada di bawah kekuasan Pajajaran yang dianggap mampu ditugasi menuju kerajaan siluman diutus sang raja menuju Nusatembini. Petinggi utusan jatuh pada Patih Harya Tilandanu yang dibantu oleh Adipati Gobog dan Adipati Sendang.
Mereka mengerahkan prajurit pilihan agar segala rintangan di perjalanan dapat diatasi. (bersambung...)


  

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Khofifah: Pak Gita Sosok Energik

 





Kerjasama apik yang dibuat Menteri Gita Wirjawan dengan Ketua Muslimat Nadlatul Ulama, Khofifah Indar Parawansa untuk revitalisasi pasar daerah dengan mendongkrak sumber daya manusia dan lingkungan agar pedagang dan pasarnya mampu bersaing nampak berjalan posisif.

Hal tersebut disampaikan oleh Khofifah Indar Parawansa saat menerima kunjungan Gita Wirjawan di Ciloto, Kabupaten Cianjur, beberapa waktu lalu. "Saya barusan dari Mojokerto Pak, melihat kondisi pedagang dan pasar disana. Kondisinya sudah banyak perubahan yang signifikan," ungkap Khofifah.

Politisi perempuan yang membumi di Jawa Timur itu sebelumnya telah melakukan tanda tangan nota kesepahaman dengan Kementrian Perdagangan untuk turut membantu program revitalisasi pasar tradisional untuk menciptakan pasar yang bersih, tertib, aman, sejuk dan ramah lingkungan.

Beberapa kesan disematkan oleh Khofifah kepada Gita Wirjawan saat bincang santai di VIP Room, Balai Pelatihan Kesehatan, Cianjur, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. "Gimana Pak rasanya ngurusin harga bawang sama daging?" tanya Khofifah dengan senyum.

Gita yang baru saja datang di tanah air setelah mengikuti konferensi perdagangan dunia di Jenewa, Swiss kemudian membalas senyuman sambil meneguk secangkir kopi pahit kesukaannya. "Ya susah gampang, kan sudah menjadi tanggungjawab saya soal stabilitas harga pasar," timpal Gita.

"Pak Gita ini gak capek apa keliling terus? apalagi barusan ini sampai 16 jam di pesawat, terus langsung berangkat ke Cianjur, apa gak jetlag pak?" tanya Khofifah.

Dalam perbincangan santai tersebut, Khofifah mengaku kagum melihat sosok Gita Wirjawan. Selain energik, menteri satu ini memang hobi berkeliling setiap harinya. Seabrek jadwal menunggunya tiap hari, mulai dari seminar, kunjungan bilateral, sidak pasar, mengiringi main piano, hingga datang ke lapangan bulutangkis.

Program Gita soal meningkatkan keunggulan sumber daya yang dimiliki pasar tradisional Indonesia sangat disambut baik oleh Khofifah dan Muslimat NU, organisasi ibu-ibu Nahdlatul Ulama Indonesia yang dipimpinnya. Melalui Muslimat NU, Khofifah berharap dapat ikut serta mendukung dan membantu jalannya program yang diluncurkan Gita.

Khofifah menjelaskan, tak hanya pedagang dan pasarnya saja yang harus direvitalisasi, tapi konsumen juga harus diperhatikan. Karena banyak hak yang tak layak diperoleh konsumen kita, hal itu karena faktor minimnya kesadaran pedagang atas nilai dan kelayakan barang yang dijualnya. Maka dari itu, konsumen yang cerdas perlu ditingkatkan lagi sumber daya manusianya, untuk menuju kesejahteraan perdagangan, tutupnya.

 

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Ali Masykur Yakin Menangi Konvensi

 





Metrotvnews.com, Jombang: Salah satu peserta konvensi calon presiden dari Partai Demokrat (PD) Ali Masykur Musa menyakini memenangkan konvensi calon presiden di partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono.

“Saya yakin menang dalam konvensi capres PD,” ujar Ali Masykur kepada wartawan usai berziarah ke makam mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Komplek Pesantren Tebuireng Jombang.

Keyakinan ini  didasarkan pada pola pendekatan dirinya  yang dia sebut  sebagai pendekatan hati. Yakni langsung mendatangi basis masa atau yang disebutnya akar rumput.

“Masyarakat saat ini lebih cerdas dalam menilai tokoh, kita gunakan cara yang murah dan mengena langsung ke masyarakat seperti  simpul keagamaan, budaya dan isu pluralisme,” ujar pria yang
kini berkerja di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tersebut.

Lebih jauh mantan Ketua Umum PB PMII ini lalu menyebut dua kategori pendekatan para calon konvensi Partai Demokrat dengan istilah serangan darat dan serangan udara. Serangan darat adalah istilah untuk pendekatan langsung ke simpul-simpul massa.

Sedangkan, serangan udara adalah memanfaatkan media masa untuk berkampanye dan membangun opini.
“Saat ini saya belum menggunakan serangan udara yakni lewat media secara masif seperti dilakukan (calon konvensi PD) yang lain,” imbuh Ali Masykur. (EDy Saputra)

 

CERITA DARI DAERAH PEMILIHAN #JATENG8

Sedekah Laut






Upacara sedekah laut adalah salah satu perwujudan ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh Kelompok Nelayan Sidakaya, Donan, Sentolokawat, Tegalkatilayu, Lengkong, Pandanarang, PPSC dan Kemiren.
Upacara ini didahului dengan acara prosesi membawa sesaji (jolen) untuk dilarung ke tengah laut lepas dari Pantai Teluk Penyu Cilacap. Jolen diarak dari dalam Pendopo Kabupaten Cilacap menuju arah Pantai Teluk Penyu dengan diiringi arak-arakan Jolen Tunggul dan diikuti Jolen-Jolen pengiring lainnya oleh peserta prosesi yang berpakaian adat tradisional Nelayan Kabupaten Cilacap tempo dulu.

Setibanya di Pantai Teluk Penyu sesaji kemudian di pindahkan ke kapal Nelayan yang telah dihias dengan hiasan warna-warni untuk di buang ketengah lautan di kawasan pulau kecil yang di sebut Pulau Majethi.

Tradisi sedekah laut bermula dari perintah Bupati Cilacap ke III Tumenggung Tjakrawerdaya III yang memerintahkan kepada sesepuh nelayan Pandanarang bernama Ki Arsa Menawi untuk melarung sesaji kelaut selatan beserta nelayan lainnya pada hari Jumat Kliwon bulan Syura tahun 1875 dan sejak tahun 1983 diangkat sebagai atraksi wisata.

Upacara sedekah laut sebelum hari pelaksanaan didahului dengan prosesi nyekar atau ziarah ke Pantai Karang Bandung (Pulau Majethi ) sebelah timur tenggara Pulau Nusakambangan yang dilakukan oleh ketua adat Nelayan Cilacap dan diikuti berbagai kelompok nelayan serta masyarakat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tangkapan ikan pada musim panen ikan melimpah dan para nelayan diberi keselamatan.

Disamping upacara nyekar juga mengambl air suci/ bertuah di sekitar Pulau Majethi yang menurut legenda tempat tumbuhnya bunga Wijayakusuma.
Pada malam harinya acara dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian tradisional di tiap-tiap desa/ kelurahan oleh kelompok Nelayan yang bersangkutan.

Pada malam H-1 puncak acara, masyarakat dari luar kota sudah berduyun-duyun ke kota Cilacap, dengan berkumpul di pantai teluk penyu. Keramaian gelar budaya ini menyerupai keramaian saat lebaran.

Pro kontra atas sedekah laut ini juga terjadi di masyarakat, dimana kalangan agamawan (ulama Islam) ada yang menganggap upoacara ini sebagai syirik, sekalipun dibungkus dalam label gelar budaya. Hal ini karena adanya sajian yang dibuang ke laut untuk tolak bala, sesuatu yang dianggap dilarang agama. Namun demikian tradisi ini secara rutin tetap berlangsung.
 

BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT




KPK tidak mungkin sendirian memerangi korupsi.
Tidak pernah dalam sejarah bangsa ini ada gegap-gempita melawan korupsi sekuat beberapa tahun belakangan ini. Sejak gelora reformasi bergulir, genderang perang melawan korupsi makin kuat gemanya.
Usaha menyejahterakan rakyat, seperti program di bidang kesehatan dan pendidikan, bahkan kemandirian ekonomi itu relatif sepi perlawanan dan memang tidak pantas ditentang. Tak ada alasan menentang karena itu sewajarnya dikerjakan negara. Ini semua adalah kegiatan yang sifatnya meng-ada-kan yang belum ada, bukan meniadakan yang sudah ada.

Perang melawan korupsi berbeda dengan program lain yang dijalankan negara. Memerangi praktek korupsi adalah meniadakan yang ada, memangkas pendapatan koruptor. Perang ini juga berarti mengantarkan koruptor ke pengadilan dan dihukum.

Koruptor tak berminat pasif, sekadar duduk-duduk santai, sambil berharap tidak diciduk. Mereka akan melawan. hal itu sudah jamak, predictable, dan lumrah. Karena itu, jangan heran kalau usaha melawan korupsi akan mendapat perlawanan hebat. Siapa pun yang berada di ranah pemberantasan korupsi tak boleh ”manja” minta disayang, disambut dengan halus dan bersahabat.
Para pemberantas korupsi itu akan dihajar fitnah, digempur perang opini, dan dilemahkan dengan semua cara. Karena itu, semua pejuang antikorupsi harus selalu tangguh.
 Lihat data World Competitiveness report 2011 pada tabel.





Hasilnya menarik. Dalam banyak aspek, Indonesia sama dengan dan bahkan di atas begitu banyak negara industri. Tapi, begitu masuk ke komponen yang sarat potensi korupsi, posisi Indonesia langsung melorot: sejajar atau bahkan lebih rendah daripada negara yang pendapatan per kapitanya di bawah seribu dolar. Melihat kenyataan itu, sesungguhnya republik ini memiliki syarat-syarat untuk maju dan berkembang. Rakyat di nusantara ini berhak menikmati kesejahteraan yang lebih baik.

Korupsi adalah penghambat kemajuan yang luar biasa efektif. Memerangi korupsi tidak bisa dititipkan hanya pada para penegak hukum. Komisi Pemberantasan Korupsi adalah institusi yang bisa diharapkan menuntaskan kerja besar ini. Pertempuran melawan korupsi sesungguhnya adalah perjuangan semesta.

KPK bisa menjadi ujung tombak. KPK memiliki kewenangan memproses secara hukum. Tapi KPK tidak mungkin sendirian memerangi korupsi.
Kemunculan berbagai lembaga antikorupsi sejak masa awal reformasi adalah sinyal jelas bahwa rakyat mau turun tangan menyelesaikan masalah korupsi. Lembaga-lembaga ini bisa memainkan peran sebagai artikulator kewarasan publik dalam menghadapi korupsi. Sebagai lembaga yang menyuarakan genderang melawan korupsi, mereka harus terus menjaga kredibilitas dan integritas. Legitimasi moral atas eksistensi tiap lembaga yang mencantumkan antikorupsi sebagai agenda utama adalah kredibilitas dan integritas mereka.

Jumlah dan sebaran lembaga antikorupsi ini perlu ditingkatkan. Meski selama ini lebih banyak bergerak di Jakarta dan beberapa kota besar, kehadiran lembaga antikorupsi secara lebih merata di berbagai wilayah Indonesia bisa memiliki efek positif. Namun perlawanan terhadap korupsi harus jauh lebih luas. Rakyat harus turun tangan.

Proses hukum memang hanya bisa dilakukan penegak hukum yang secara konstitusi diberi hak. Tapi gerakan melawan korupsi bisa menemukan pola baru: pantau pejabat publik dan kabarkan praktek koruptif kepada dunia. Pada zaman revolusi kemerdekaan dulu, bukan hanya pasukan dalam kesatuan-kesatuan militer yang bertempur melawan kekuatan kolonial. Rakyat biasa pun turun tangan meski sekadar bermodal bambu runcing sebagai alat melawan hingga kekuatan kolonial rontok. Peperangan melawan korupsi pun harus dilakukan secara kolektif.

Rakyat bisa menjadikan kamera di telepon selulernya sebagai bambu runcing masa kini. Pantau dan monitor praktek korupsi di mana pun. Jadikan seluruh Indonesia sebagai wilayah yang tak bersahabat bagi korupsi. Lembaga antikorupsi di berbagai daerah menjadi wadah dan wahana menampung hasil pemantauan publik. Partisipasi rakyat dalam mengawasi keseharian pejabat publik bisa jadi salah satu instrumen penting melawan korupsi. Di sisi lain, meratanya korupsi ini mengirimkan pesan yang sangat mengganggu. Keluarga dan rumah tangga di nusantara ini ternyata menghasilkan orang-orang yang tak berintegritas. Yang sangat mengerikan adalah ketika keluarga justru menjadi pelindung praktek dan hasil korupsi. Sungguh sangat mengganggu akal sehat dan akal budi ketika praktek korupsi dihalalkan dan dilindungi di dalam keluarga.
Pada intinya, korupsi adalah gejala. Penyakitnya adalah minimnya integritas.
Pendidikan integritas itu dilakukan bukan melalui teori dan wejangan. Integritas diajarkan lewat contoh, keteladanan. Pemimpin harus menjadi contoh manusia berintegritas. Rumah tangga harus menjadi pilar membangun manusia berintegritas. Orang tua harus belajar mempraktekkan kehidupan di rumah yang bertumpu pada karakter manusia berintegritas. Selain itu, makin hari makin jelas bahwa korupsi yang dilakukan kaum terdidik itu dahsyat. Kaum terdidik tidak hanya melakukan korupsi karena kebutuhan, tapi justru sering karena keserakahan. Fenomena ini seakan-akan mengirimkan pesan pahit: dunia pendidikan menjadi penyuplai koruptor.

Dunia pendidikan tidak boleh tinggal diam dan harus turut memangkas suplai potensi koruptor di indonesia. Mendidik integritas itu perlu, tapi mengajarkan teknik-teknik menghadapi praktek korupsi juga tidak kalah penting. Materi pendidikannya harus sangat praktis dan diarahkan sebagai pembekalan dini memahami efek jahat praktek korupsi dan tip melawan korupsi. Peserta didik tidak hanya belajar teori, filosofi, dan moral, tapi justru diarahkan melihat kenyataan: menulis berdasarkan laporan investigasi mereka tentang praktek korupsi.

Seperti ditulis Klitgaard yang mengutip prediksi John Noonan, penulis buku Bribery, ada suatu masa ketika perbudakan dianggap wajar. Manusia diperjualbelikan secara terbuka. Kini perbudakan itu sudah hilang dan, jika ada orang yang mempraktekkannya, ia akan dikecam dan dihukum. Begitu juga dengan praktek korupsi, sogok-menyogok, dan yang semacamnya.
Suatu saat nanti, niscaya praktek korupsi dan sogok-menyogok tidak hanya melanggar hukum, tapi juga akan tampak sebagai praktek yang terbelakang dan sangat primitif.
Republik ini akan bisa jauh lebih maju dan sejahtera bila praktek korupsi segera dipandang sebagai praktek primitif. Perjuangan semesta membangun integritas dan melawan korupsi harus dimulai. Setiap rumah tangga harus menjadi pilar utama hadirnya integritas. Sekolah dan kampus harus dijadikan zona bebas korupsi. Dan munculkan penggalangan dukungan bagi hadirnya lembaga antikorupsi di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Kita perlu sadar bahwa secara konstitusional, memerangi korupsi adalah tugas KPK, tapi secara moral, memerangi korupsi adalah tugas setiap warga negara. 

*Anies Baswedan adalah calon presiden 2014. Pemimpin muda ini mengajak semua orang turun tangan bersamanya untuk Indonesia 2014.