BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Anies Baswedan: Banyak yang Sayangkan Saya Masuk Politik

 





JAKARTA, KOMPAS.com — Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menyadari kekecewaan yang dirasakan orang dekat dan masyarakat luas atas keputusannya maju sebagai peserta Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat.

Anies menyatakan, ada orang yang kecewa dirinya turun ke dunia politik yang terkenal kotor dan korup. "Saya tahu, saya sadari, banyak yang sayangkan keputusan saya ini. Ada yang bilang, 'Mas, Anda bersih, kenapa masuk politik?' Pertanyaan saya, jadi yang bersih ini enggak boleh masuk politik?" kata Anies di sela-sela perjalanan kampanye 3.000 km keliling Pulau Jawa.

Begitu pula dengan pilihannya masuk menjadi capres dari Partai Demokrat. Wartawan menanyakan alasan Anies mau masuk ke partai yang kini tidak populer akibat banyaknya kasus korupsi yang menjerat elite Demokrat. Anies pun menjawab dengan kembali bertanya, "Saya tanya ke Anda, adakah partai politik di Indonesia ini yang bersih? Jawabnya tidak ada."

Untuk menjawab masalah ini, Anies mengaku sengaja mencatat jumlah kader partai politik yang tersangkut kasus di Komisi Pemberantasan Korupsi. Hasilnya, sebanyak 20 kasus mendera kader Partai Golkar, 15 kasus menimpa kader Partai Demokrat, dan 11 kasus menjerat kader PDI Perjuangan.

"Kalau dilihat, faktanya semua parpol bergelimangan kasus korupsi, demikian juga dengan pemerintah. Kalau kita tetap membiarkan yang masuk ke sistem ini orang-orang tidak bersih, akan seperti ini terus. Tapi saya memutuskan untuk mengubahnya," ucap Anies.

Alasan lainnya, Anies memilih maju dari Partai Demokrat karena partai itu yang satu-satunya membuka jalur terbuka bagi siapa pun untuk maju sebagai calon presiden. Cara ini, kata Anies, adalah cara terbaik dalam memilih pemimpin.

Jika terpilih sebagai presiden, Anies berjanji akan mengubah Partai Demokrat dari praktik korup. Dia juga akan mengalokasikan anggaran khusus untuk partai politik sehingga partai politik bisa diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

"Dulu itu, kalau tidak ada undangan konvensi, saya tidak mungkin bimbang dan tak harus bertanggung jawab. Tapi kalau saya lari, maka saya tidak mau berperan untuk mengubah, akhirnya saya putuskan ikut," tutur inisiator gerakan Indonesia Mengajar ini. 

 

No comments:

Post a Comment