Mengapa Ikut Capres 2014?
Wawancara Khusus dengan Anies Baswedan
1. Anda dikenal muda, bersih, berintegritas, kenapa mau ikut proses politik ini?
Mari kita renungkan pertanyaan itu. Apakah memang
proses politik itu hanya untuk diikuti oleh mereka yang tidak bersih,
yang tidak berintegritas? Menurut saya, justru harus lebih
banyak orang bersih, beintegritas, kompeten yang berada di pemerintahan
dan politik. Karena di sana keputusan yang menyangkut publik dibuat.
Bagi
saya pribadi, jika hanya memikirkan soal kenyamanan, maka saya pilih
jalani saja yang sekarang ada di bidang pendidikan. Jalan yang nyaman,
damai, penuh tepuk tangan. Tapi, saya pilih proses politik ini yang
artinya saya harus berhadapan dengan tantangan, dengan status-quo. Tapi
saya pilih untuk berjuang dan saya yakin Anda pun ingin memastikan bahwa
Republik ini, bangsa ini, dan APBN hasil iuran pajak kita semua
dikelola oleh orang bersih, berintegritas, kompeten dan berpihak pada
kepentingan publik.
2.Politik ini kotor, kenapa Anda terlibat?
Politik hari ini adalah sebuah arena yang mengalami
masalah. Begitu orang mendengar politik, politisi, ada satu penurunan
persepsi yang luar biasa. Itu bukan arena yang hari ini dipandang
terhormat.
Bila kita semua ingin jadi warga negara yang baik HANYA dengan jadi
pembayar pajak yang baik, lalu siapa yang mengelola APBN dari uang pajak
kita ? Urusan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi,
infrastruktur, siapa yang memutuskan? Yang memutuskan adalah mereka-mereka yang berada di wilayah politik.
Semakin banyak orang bersih mau terlibat di
politik, semakin banyak orang seperti nama-nama itu yang bisa dijadikan
contoh dan semakin bisa mendorong tumbuhnya pemerintahan yang bersih
dan kepemimpinan politik yang bermanfaat.
3. Anda tidak takut dengan kritik, opini negatif bahkan cacian atas pilihan itu?
Saya tidak takut pada opini hari ini. Saya lebih takut
apa kata Tuhan. Saya lebih takut bila kelak ditanyai: “Anda selama ini
mengatakan A, B, C dan D soal bangsa ini, saat Anda diberi kesempatan
untuk berbuat Anda malah memilih untuk diam?”
Saya pilih berbuat, pilih berjuang. Dengan cara
yang benar dan bersama dengan orang-orang baik, karena itu saya ajak
Anda ikut turun tangan, ikut berjuang.
4. Mengapa mencalonkan diri sekarang, kenapa tidak tahun 2019 saja?
Mungkinkah terjadi perubahan jika tidak ada yang mau
turun tangan langsung? Saya terpanggil untuk turun tangan, tak hanya
urun angan. Buat saya bukan soal 2014 atau 2019, ini soal pilih ikut
tanggung jawab atau tidak. Jika saya tidak diundang maka saya tetap akan
teruskan yang selama ini saya kerjakan yaitu ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa. Tapi begitu saya terima undangan, maka saya
nyatakan siap dan pilih berkemas untuk berjuang dalam pencalonan melalui
konvensi. Saya pilih untuk ikut bertanggung-jawab atas perjalanan
bangsa kita.
5. Kenapa Anda setuju dengan Konvensi dan bersedia mengikuti Konvensi Partai Demokrat?
Mana yang lebih baik, penentuan calon presiden oleh
elit partai atau oleh rakyat? Selama ini rakyat hanya memilih calon
presiden yang ditentukan oleh elit partai. Konvensi membuat calon
presiden yang diajukan oleh partai adalah calon yang dipilih oleh
rakyat. Seharusnya memang semua partai mengadakan konvensi, meminta
rakyat menentukan calon untuk ditetapkan oleh partai. Hari ini hanya
Partai Demokrat yang menyelenggarakan konvensi dan mengundang warga
negara biasa untuk ikut pencalonan.
6. Tapi Partai Demokrat itu sangat tidak populer, bermasalah, dan banyak kadernya yang korup.
Partai mana yang bebas dari kader korupsi? Bukan hanya
partai, coba lihat sekeliling kita sekarang, di berbagai institusi baik
swasta dan pemerintahan, praktek korupsi itu mewabah secara luar biasa.
Partai yang sedang berkuasa itu yang memang sering
tidak populer. Itu fenomena jamak, terjadi dimana-mana termasuk di
Indonesia. Coba Anda ingat-ingat partai apa yang tidak populer di tahun
2004, tahun 2001, tahun 1999? Partainya penguasalah yang tidak populer.
Bukanlah selama ini kita kecewa dengan
pemimpin-pemimpin yang memutuskan sekedar untuk populer atau tidak
berani ambil keputusan yang tidak populer? Saya bukan cari
popularitas, saya memutuskan berdasarkan pikiran dan keyakinan secara
menyeluruh. Keputusan saya bisa saja tidak populer, tapi saya bisa dan
berani mempertanggung-jawabkannya.
7. Mengapa Anda berminat untuk mencalonkan diri menjadi presiden?
Ini bukan soal minat. Saya selalu mengatakan, saya
bedakan antara ingin dan siap. Bila panggilan untuk bertugas itu datang,
saya akan katakan siap. Kini saya diundang untuk sebuah proses
dicalonkan menjadi presiden dan saya jawab: saya siap dan saya pilih ikut tanggung-jawab atas arah perjalanan bangsa kita.
8. Bukankah Konvensi Demokrat ini sekadar untuk melegitimasi pencalonan seseorang?
Jika yang menentukan pemenang konvensi itu adalah suara dari DPD dan DPC Partai Demokrat maka itu mudah terjadi. Tapi karena penentuan
pemenang konvensi adalah survei masyakarat umum, bukan survei terhadap
pengurus dan anggota partai, maka pemenangnya adalah calon yang paling
banyak didukung oleh masyarakat.
Menurut saya, justru ini saatnya rakyat terlibat dan
ikut memilih, jangan diam saja, karena ada mekanisme untuk ikut
menentukan agar pemenang benar-benar sesuai dengan yang diinginkan oleh
rakyat.
9. Hasil survei konvensi ini bisa dibatalkan oleh Majelis Tinggi?
Menurut AD/ART memang Majelis Tinggi yang menetapkan
calon. Tentu bisa saja Majelis Tinggi menentukan calon yang berbeda
dengan hasil survei. Tetapi dengan proses konvensi yang berjalan
terbuka, dan dengan pernyataan berkali-kali dari pimpinan partai bahwa
apapun hasil konvensi akan ditetapkan oleh Majelis Tinggi maka mengubah keputusan hasil konvensi justru akan membuat partai kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
10. Anda tidak khawatir dengan resiko kalah?
Saya bedakan antara Kalah dan Menyerah. Memang
belum tentu bisa menang, bisa jadi saya kalah, itu resikonya. Tapi saya
tidak menyerah dan tinggal diam. Dengan pilihan yang saya ambil
saya bisa katakan pada diri saya sendiri dan pada anak-anak saya bahwa
ayahmu tak mundur ketika mendapat tantangan untuk berjuang bagi
republik, ayahmu tak gentar hanya karena dikritik. Biarkan mereka ingat
bahwa ayahnya pilih untuk berjuang dan meneruskan tradisi turun tangan.
Biar anak-anak saya ingat bahwa bukan hitung-hitungan untung rugi,
menang kalah soal kursi kekuasaan: ayahnya pilih untuk berjuang.
11. Dalam satu kata, apa visi Anda tentang Indonesia?
KUAT. Indonesia yang kuat adalah
Indonesia yang rakyatnya kuat, keluarganya kuat, dan manusianya kuat.
Kuat imannya, kuat jiwanya dan kuat raganya. Ekonomi yang kuat,
kesehatan yang kuat, pangan yang kuat, pendidikan yang kuat dan kuat di
semua sektor. Saya mengajak kita semua turun tangan, menjadikan
Indonesia kuat. Caranya kita fokus pada manusia. Pembangunan
itu, bukan untuk mengubah angka laporan. Pembangunan itu tentang manusia
indonesia dan untuk manusia Indonesia.
12. Anda tidak berpengalaman, masih muda, bagaimana bisa memimpin perubahan?
Jika sistem politik ini sudah baik maka yang dibutuhkan
adalah pemimpin yang punya pengalaman bekerja dalam sistem, agar dia
bisa melanggengkan sistem yang baik itu. Bagi Indonesia situasinya
justru terbalik, sistem yang saat ini ada justru sistem yang penuh
praktek korupsi. Pengalaman macam apa yang diharapkan? Bisakah berada
dalam sistem bebas dari kepentingan?
Kita memerlukan pemimpin yang bersih, yang
berintegritas, yang tidak terlibat dalam belitan masalah korupsi dan
politik. Orang yang tidak punya beban untuk mendorong perubahan ke arah
yang benar. Yang tidak punya beban untuk menegakkan hukum, yang
tidak punya beban untuk menangkap siapapun yang melanggar hukum dan
tidak punya beban untuk mendorong terobosan terobosan. Indonesia memerlukan pemimpin baru dan bersih untuk mengubah sistem yang penuh masalah ini.
Sumber: Aniesbaswedan.com