BERITA #KONVENSI CALON PRESIDEN PARTAI DEMOKRAT

Gita: Pemimpin Tak Cukup Hanya Merakyat

 





JAKARTA, KOMPAS.com — Kandidat Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Gita Wirjawan menganggap bekal seorang pemimpin nasional bukan hanya citra yang merakyat. Menurut Gita, pemimpin harus mampu memberikan solusi konkret pada semua permasalahan bangsa.

"Harus bisa berikan solusi untuk rakyat. Bukan hanya merakyat, tapi yang riil, rakyat bisa enggak dapat sesuatu yang diinginkan? Harga-harga terjangkau, enggak banjir, dan lainnya," kata Gita saat berkunjung ke redaksi Kompas.com di Jakarta, Jumat (9/1/2014)

Gita menilai bahwa saat ini pandangan politik masyarakat Indonesia tengah bergeser dan hanya menitikberatkan pada personalitas seorang figur ketika memilih pemimpin. Meski demikian, ia percaya mata hati masyarakat akan terbuka dan mampu memilih calon pemimpin yang tak sekadar merakyat, tetapi juga benar-benar berkualitas.

Menteri Perdagangan itu berharap, masyarakat mau mencari tahu dan memahami rekam jejak semua figur bakal calon pemimpin selanjutnya. Tanpa kemauan itu, ia menilai demokrasi di Indonesia masih terkungkung sehingga diperlukan edukasi agar memiliki barometer yang berbobot.

"Konsepnya harus benar, cewek atau cowok, harus mampu beri solusi, bukan hanya retorika, dan semata-mata merakyat. Tapi kalaupun personalitas yang jadi barometer dan menentukan pemimpin kita nanti, inilah cerminan demokrasi kita," kata Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia itu.

Gita mengaku optimistis memenangkan Konvensi Demokrat dan terpilih sebagai Presiden RI periode 2014-2019. Menurutnya, selama menjadi kandidat Konvensi Demokrat, ia dan timnya terus memonitor tingkat dukungan publik untuk dirinya. Hasil kampanye selama ini, kata dia, popularitasnya naik, dan masyarakat yang percaya kepadanya di media sosial seperti Twitter atau Facebook juga meningkat tajam.

Gita membanggakan fan page Facebook-nya yang menembus angka 1 juta pengikut. Atas hasil itu, ia tak terlalu menggubris hasil survei yang dibeberkan banyak lembaga bahwa elektabilitasnya masih sangat rendah. Baginya, survei dapat bergerak dinamis, dan bukan merupakan tolok ukur utama yang menentukan dalam sebuah pemilu.

 

No comments:

Post a Comment