3 Alasan Gita Wirjawan Tolak Disebut Menteri Pro-Barat
Liputan6.com, Jakarta : Menteri Perdagangan Gita
Wirjawan menampik tudingan yang menyebut dirinya sebagai menteri neolib
atau pro-Barat. Sebab, neolib baginya belum memiliki arti yang jelas.
"Saya nggak percaya retorika sebagai solusi yang
bisa buahkan lapangan kerja. Saya hanya bisa sampaikan rekam jejak,"
ucap Gita di Sekretariat Konvensi Capres Demokrat, Jalan Pati Unus No
75, Jakarta Selatan, Senin (6/1/2014).
Untuk membuktikan dirinya
bukan neolib, Gita mengaku memiliki 3 bukti. Pertama, dia mengklaim
sebagai menteri pertama yang membatasi jumlah minimarket di Indonesia.
Selain itu, dirinya melarang kepemilikan minimarket lebih dari 150 unit.
"Bila lebih ya harus bermitra dengan daerah. Saya juga batasi
franchise rumah makan. Nggak boleh lebih dari 250 unit, selebihnya
bermitra dengan daerah," jelasnya.
"Saya juga keluarkan peraturan
eksploitasi rotan. Lebih dari 100 ribu lapangan kerja tercipta di
Cirebon. Apa itu nggak pro rakyat?" tanya dia.
Terkait strategi
khusus untuk mengalahkan ketokohan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo,
peserta konvensi capres Partai Demokrat itu mengaku belum menyiapkannya.
Ia akan fokus pada pemenangan konvensi dahulu ketimbang memusingkan
Jokowi.
"Saya hormati Jokowi. Cukup jelas, konvensi masih
berjalan, sampai bulan ke-4. Saya fokus untuk memenangkan konvensi dan
menjadi capres 2014," terang Gita
Selain tak memusingkan Jokowi,
Gita juga tidak memberi perhatian pada isu miring tentang konvensi
hanyalah siasat memuluskan jalan Pramono Edhie maju sebagai capres 2014.
Pramono merupakan adik ipar dari SBY.
"Saya percaya Partai
Demokrat sangat mendukung dan menjunjung tinggi demokrasi, apakah itu
adik ipar apakah si A dan si C, dengan elektabilitas tinggi menurut
survei, itu pasti didukung oleh Pak SBY. Saya tidak ada kekhawatiran,"
tandas Gita.
No comments:
Post a Comment