CERITA DARI DAERAH PEMILIHAN #JATENG8

Kampung Laut  


 SEJARAH terbentuknya Kampung Laut di kawasan laguna Segara Anakan tak lepas dari sejarah Keraton Surakarta. Hingga sekarang, hal itu masih dipercaya oleh masyarakat sekitar.

Tetua Adat Kampung Laut, Darmono (76) menuturkan, penduduk asli Kampung Laut adalah anak keturunan dari para prajurit Mataram. Mereka dibawah pimpinan empat orang wiratamtama, yaitu Jaga Playa, Jaga Praya, Jaga Resmi dan Jaga Laut. Para prajurit Mataram pada waktu itu datang ke daerah Kampung Laut untuk mengamankan daerah perairan Segara Anakan dari gangguan bajak laut orang Portugis. “Para prajurit itu tidak bisa kembali ke pusat kerajaan Mataram. Mereka tetap tinggal dan tersebar di sejumlah daerah di Cilacap,” tuturnya.

Pada masa Perang Diponegoro, lanjut dia, Kerajaan Mataram makin melemah dan akhirnya jatuh ke tangan penjajah Belanda. Demikian pula dengan kawasan Cilacap dan Nusakambangan. Pulau terluar ini dipilih untuk pembuangan orang-orang yang dianggap melanggar hukum dan kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Para narapidana di Nusakambangan tidak terurus dengan baik oleh pemerintah Hindia Belanda. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengganggu penghunipenghuni Pulau Nusakambangan sebelumnya, yaitu anakanak keturunan Jaga Resmi dan Jaga Laut dan anak buahnya.

Karena itu mereka lalu menyingkir dari Pulau Nusakambangan, dan membuat rumah-rumah tempat tinggal mereka di laut Segara Anakan. “Silsilah dan lintasan sejarah itu terdapat di Keraton Surakarta. Tahun lalu, saya diundang kesana untuk mencocokkan catatan sejarah itu,” ungkap suami dari Turinah (57) itu. Pencocokan Sejarah Hal itu diamini oleh salah satu anggota Paguyuban Kerabat Mataram, Rudiyanto (32). Dalam literatur yang dimiliki oleh keluarganya, kisah perjuangan Ki Jaga Laut ini terdapat pada masa pemerintahan Pakubuwono ke IV, sekitar tahun 1800-an. “Catatan tentang pemberian wewenang dari Pakubowono IV untuk memberantas para perompak di laut selatan itu terdapat di buku silsilah keluarga yang tersimpan di Mataun (babad yang berasal dari Surakarta).

Cerita ini sempat dicocokkan dengan keraton Surakarta. Hanya ada perbedaan selisih antara tanggal dan bulan,” kata warga Desa Tritih Wetan RT 04/10, Kecamatan Jeruklegi Cilacap ini. Namun, lintasan sejarah itu sempat menghilang karena ketidaktahuan. Namun, sejak tahun 1991 dia mulai menggali kembali cerita rakyat yang beredat di Kampung Laut tersebut. Data yang hampir serupa akhirnya ditemukan di pusat perpustakaan Keraton Surakarta pada 2011.

Dia menambahkan, pasca penemuan pustaka silsilah ini, Kerabat Keraton Mataram berduyun- duyun datang ke Cilacap untuk mencari “balung tugel”. Mulai dari anak cucu keluarga para wiratamtama untuk diwisuda. “Kampung Laut juga menyimpan banyak misteri. Selain kisah para penjaga ini masih ada kelompok komunitas adat di kampung laut yang menganut kepercayaan kejawen yang mempergunakan kalender perhitungan Jawa saat menentukan hari-hari tertentu,” ungkapnya.

No comments:

Post a Comment